- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Misi Keluarga Gen Halilintar

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Misi Keluarga Gen Halilintar

Banyak orang mengagumi keluarga Gen Halilintar, lalu ingin menirunya. Tetapi sayangnya yang ditirunya adalah HOW nya, bukan WHY nya sehingga kelak banyak gagal dan frustasinya.

Setiap keluarga sesungguhnya unik, jadi tiada yang bisa di “copy paste” dari keluarga lain kecuali kita memahami insightnya atau hikmah dari mengapa keluarga itu demikian, baru kemudian kita kontekskan dengan keunikan keluarga kita.

Jadi jangan tergesa meniru Gen Halilintar, yang keluarganya, sejak ayah sampai anak istri adalah para pebisnis yang “menyambar nyambar” kesempatan “dagang”, namun temukan dulu gen keluarga kita, jangan jangan gen keluarga kita gen “hujan hujanan” yang suka memberi keberkahan daripada menyambar kesempatan, atau gen keluarga kita gen “awan” yang meneduhkan namun sering mendung alias baperan.

Tulisan ini hasil pengamatan saya pada sebuah talkshow, dimana bu Gen dan pak Hali menceritakan perjalanan keluarga mereka. Tulisan ini bukan sedang memuji muji sebuah kesuksesan keluarga, namun menggali sedikit pokok pengalaman keluarga mereka. Semoga kita bisa menggali hikmahnya dan tidak asal meniru.

Sepintas Perjalanan

Sejak awal pernikahan, pak Hali bercerita, ia memang sangat suka bisnis. Sejak muda sudah banyak bisnis yang digeluti. Konon menurut bu Gen, ini yang membuatnya terpesona, bayangkan orang muda mandiri dengan serenceng bisnis yang berkembang. Wow.

Bu Gen belum selesai kuliah ketika dilamar, sebagaimana kebanyakan gadis modern kelahiran 70an, tentu mindsetnya seragam yaitu kuliah sampai selesai, lalu bekerja beberapa tahun kemudian cari jodoh.

Namun pak Hali melamar tanpa ampun, “menikah dengan saya” atau “kuliah”, padahal bu Gen mendapat bea siswa bergengsi ke LN. Cerita selanjutnya sudah bisa dibayangkan, pasti keluarga besar bu Gen mengalami huru hara besar.

Akhirnya pernikahanpun terjadi. Pak Hali mengajukan proposal untuk punya 12 anak. Tentu saja bu Gen yang masih ingin santai santai dulu dan kerja dulu, terkejut. Namun lagi lagi, seorang istri yang mendukung misi suaminya, rela menerima proposal. Approved! Di talkshow, anak bungsunya mengatakan dengan bangga, “itu keputusan terbaik dari ibu saya dalam hidupnya”

Kemudian, karena sesi mereka setelah sesi saya yang membahas the power of family mission, mc talkshhow itu, menanyakan the family mission statement keluarga Gen Halilintar. Ketika pak Hali ditanya, apa misi keluarga Gen Halilintar, pak Hali nampak bingung dengan maksud misi keluarga dari pertanyaan, namun menjelaskan dengan sederhana, “kami ingin mendidik dan membesarkan anak anak kami agar menjadi pengusaha yang bertaqwa”.

Nah jelas sudah, sinkron dan konsistn antara perjalanan hidup sejak muda, sampai berumah tanggà dan mendidik anak.

Misi keluarga itu nampak ajeg dalam diri pak Hali, karena berangkat dari misi personal sejak muda dan sangat ingin ditularkan kepada anak anakmya. Semua hal yang terjadi di dalam rumahnya selalu dijadikan kesempatan untuk mengembangkan bisnis sekecil apapun. Itu semua adalah dalam rangka menjalani misi keluarganya.

Nah begitulah seharusnya seorang ayah, seorang suami, memiliki misi keluarga yang jelas. Bukan sekedar statement semata yang ditempel di dinding, namun sudah menjadi “believe” atau keyakinan sejak muda yang dijalani dengan sungguh sungguh.

Pak Hali bercerita, bahwa setiap habis sholat shubuh, ia meng”coach” anak anaknya satu persatu. Memberikan arahan dan keyakinan, bahwa bisnis itu hanyalah wasilah untuk semakin taqwa kepada Allah, maka fokus saja memberi manfaat. Kemudian memberikan solusi solusi atas berbagai macam masalah bisnis anak anaknya, namun bukan mendikte tetapi dengan cara mendorong anak anaknya untuk menemukan solusinya sendiri.

Begitulah seorang ayah sejati, ia adalah “a man of mission n vision”. Tugas utama seorang Ayah adalah “find the mission”, “show the mission” and “lead the mission”. Ayah juga penanggungjawab utama pendidikan. Narasi narasi besar peradaban harus keluar dari tutur sang Ayah. Tidak perlu panjang namun dalam dan bermakna.

Sayangnya, kebanyakan orang kemudian melihat keluarga ini sukses secara materi, lalu menyangka orientasi keluarga ini materi dan menirunya, lalu menjadi obsesi.

Perhatikan, bu Gen bercerita bahwa pernah keluarga itu terpuruk, habis habisan ditipu rekan bisnis. Itu terjadi ketika anak anak mereka sudah 8 orang. Kejadian itu begitu parah sampai anak mereka tak membayar sekolah berbulan bulan. Namun keluarga ini tak merubah sedikitpun misinya, mereka tetap konsisten untuk menjalani misi keluarga.

Pada saat saat sulit inilah, bu Gen, sang istri tetap mendukung Misi suaminya. Perhatikan betapa bu Gen mendukung penuh misi suaminya. Bukan hanya mendukung tanpa usaha, bu Gen juga ambil alih untuk mendidik anak anaknya sendiri dan terlibat dalam bisnis keluarga.

Hikmah (Insight)

  1. Suami atau Ayah idealnya sejak muda sudah punya misi personal yang kokoh, dijalani dengan sungguh sungguh sehingga kompeten. Misi personal ini bukan hanya terkait bakat berupa peran profesi atau wirausaha tetapi juga terkai fitrah keimanan berupa peran menyeru kebenaran untuk perubahan, terkait juga dengan fitrah keayahbundaan berupa peran mendidik anak sesuai fitrahnya.

  2. Misi personal Ayah kelak ketika menikah harus menjadi misi keluarga, kemudian menjadi family business yang diperjuangkan bersama dan diwariskan kepada keturunan sebagai sebuah legacy. Sebagai catatan bahwa family business bukan terkait dengan komersialisasi, tetapi bagaimana mendeliver karya solutif dan manfaat dari misi keluarga dengan lebih manageable, berkualitas dan sustainable.

  3. Ayah bukan hanya “A Man of Mission and Vision”, tetapi iapun harus turun tangan menunjukkan dan memimpin bagaimana Misi itu bekerja. Find the Mission, Show the Mission dan Lead the Mission. Itulah mengapa misi hidup personal ayah sebaiknya dijalani dan diyakini sejak muda. Dalam pandangan ini maka peran Ayah adalah Penanggungjawab Utama pendidikan di keluarga.

  4. Ibu bertanggungjawab menurunkan Misi Besar sang ayah menjadi program, proyek dan aktifitas keseharian di rumah. Bahkan tiap anak dirancangkan kurikulum personal masing masing yang relevan dengan bakat masing masing dan juga relevan dengan Misi Besar Keluarganya.

  5. Sukses misi suami ada pada ketulusan sang istri mendukung misi suaminya itu berkali kali, baik di kala lapang maupun di kala susah. Maka Allah ridha dan kelimpahan dunia hanyalah bonus semata sementara cinta suami istri itu semakin dalam, indah dan kokoh di dunia dan di akhirat.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
#familymission

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.