Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Learning is not for Learning, but Learning is for Your Mission
Setiap Misi Hidup atau Misi Keluarga, harus datang dengan membawa solusi unik. Solusi dalam menjalankan Misi Hidup tentu harus merupakan solusi yang berkembang semakin tajam, semakin bemanfaat dan berkelanjutan, maka dibutuhkan sebuah manajemen atau mekanisme untuk mengelola pengetahuan yang dimiliki, termasuk pengetahuan yang belum dimiliki.
Ketika ingin menjalankan Misi Hidup, maka ada gap antara apa yang bisa kita lakukan saat ini dengan apa yang harus kita lakukan ke depan. Ternyata untuk menutup gap antara apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita akan lakukan, sangat terkait erat dengan apa yang kita ketahui saat ini dengan apa yang kita harus ketahui di masa depan (knowledge gap).
Maka penting untuk memiliki mekanisme atau manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi, misalnya dengan meng-capture knowledge yang sudah dimiliki, membuat taxonomy pengetahuan personal maupun keluarga, berkolaborasi dengan para pakar yang lebih mumpuni dan berpengalaman, menimba ilmu dan hikmah (knowledge and wisdom) dengan berguru kepada ahlinya, memperbanyak membaca dari khazanah peradaban Islam maupun di luarnya, melakukan riset dan penelitian dstnya.
Sebagai contoh, sebuah keluarga, punya Misi Keluarga yaitu membangun desa desa yang berdaulat secara pangan, energi, pendidikan dstnya, solusinya adalah berupa madani berbasis kearifan lokal di tanah kelahirannya, melahirkan anak anak desa yang mampu membangun desanya. Visinya adalah Desa Madani yang dikembangkannya dapat diduplikasi di 70.000 desa di Indonesia, sehingga majulah peradaban Indonesia.
Namun keluarga ini tak punya pengetahuan yang cukup bagi solusinya, maka mereka melakukan upaya menutup gap pengetahuan sebelum melaksanakan misinya tersebut, dengan beragam cara. Ini masuk ke dalam strategi keluarga.
Jadi sehebat apapun ilmu kita hari ini jangan pernah merasa cukup, teruslah rendah hati untuk mau berguru, merendah di hadapan para guru kehidupan maupun guru guru yang memiliki otoritas ilmu untuk mendapatkan ilmunya sekaligus pengalaman hidupnya yang berharga. Namun ingat bukan learning for learning tetapi learning for your mission.
Sebagai contoh, karena misi hidup saya adalah mengembalikan kesejatian Pendidikan di Indonesia, dengan membantu keluarga dalam mendidik anak dan mendidik orangtua sesuai fitrahnya, dengan solusi fitrah based education dan fitrah based life, maka saya menyadari bahwa saya bukan orang yang punya background ilmu pendidikan, sehingga untuk misi itu saya melakukan upaya manajemen pengetahuan dan inovasi.
Diantaranya yang saya lakukan adalah
- Riset dan penelusuran literatur
- Berguru langsung dengan Guru yang memiliki otoritas ilmu
- Membuat Group Group kolaborasi, baik kolaborasi pakar maupun kolaborasi praktisi
- Menyelenggarakan Perkuliahan FBE Series dan FBL Series dengan mengundang para pakar untuk semakin menajamkan solusi saya. Sampai saat ini buku FBE sudah 7 kali cetak, dan sudah versi 3.5, dengan framework FBE yang mencapai versi 7.5. Ini semua karena senantiasa dilakukan pengembangan dan penajaman. Versi akan terus bergerak sesuai pendalaman dan inovasi, namun hal hal pokok dari Kitabullah, tidak akan pernah berubah.
- Membaca beragam buku baik dari Islamic Worldview maupun di luar itu untuk mendapat insight dan perbandingan
- Dsbnya
So, tiada MIsi tanpa Solusi, dan tiada Solusi tanpa Inovasi.
Salam Peradaban
Sumber:
Learning is not for Learning, but Learning is for Your Mission
— harry santosa (@harrysan05) January 7, 2020
Setiap Misi Hidup atau Misi Keluarga, harus datang dengan membawa solusi unik. Solusi dalam menjalankan Misi Hidup tentu harus merupakan… https://t.co/fhxZ5P5Qlr