- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Ibu Peradaban

#IbuPeradaban

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Ibu Peradaban

Dalam peperangan besar di dunia, kaum perempuan atau ibu sering dianggap pihak yang paling lemah, sangat menderita dan teraniaya. Namun sejarah mencatat kaum inilah yang justru bangkit merajut kembali kesadaran di tengah porak poranda dan puing puing bangsanya.

Di Papua Barat, ada daerah dimana para Mama Mama lah yang sangat peduli pada perubahan generasi, sementara Ayah Ayah mereka sudah “habis” kearifan, ketangguhan dan mental kinerjanya, akibat kolonialisasi dan missionarisasi, menjadi seonggok manusia yang pemalas, “mengemis” atau menunggu nunggu bantuan LSM, tak mau mengelola tanah pertaniannya, padahal sangat subur alamnya.

Para lelaki di daerah itu umumnya punya kebiasaan buruk, bila punya uang mereka mabuk mabukan, dan bila tak punya uang juga mabuk dengan berhutang, paginya pingsan terkapar di selokan atau parit. Mama Mama ini amat khawatir dan prihatin dengan masa depan suku dan anak anaknya, bahkan sebagian mereka meminta ada model pendidikan yang membangkitkan kembali kearifan lokal mereka sebagai modal sosial untuk bangkit, bahkan ada yang meminta agar anak anak mereka dipisahkan dari ayahnya agar tidak menurunkan keburukan dan kelemahannya.

Di kota kota besar di Indonesia, kesadaran untuk bangkit mendidik generasi peradaban selalu dimulai dari perempuan, baik pemudi maupun emak emak. Forum forum pengasuhan dan pendidikan, selalu dipenuhi perempuan, baik pemudi maupun ibu ibu. Para Ayah atau Suami biasanya selalu menjadi kaum minoritas.

Sebagian suami atau ayah yang “sadar”, umumnya diawali karena “dijorokin” untuk ikut seminar atau diseret agar ikut workshop pengasuhan dan pendidikan oleh istrinya, bahkan sampai ada yang dipaksa dan “dijebak” oleh istrinya agar sadar.

Ya memang, ayah ayah atau suami suami produk persekolahan modern ini, hanya fokus pada kemampuan mengejar karir atau cari uang. Beberapa ayah melapor kepada saya, bahwa mereka merasa “tertekan” oleh istrinya jika tak mau ikut parenting, bahkan beberapa ayah merasa “terhina” ikut pelatihan menjadi ayah yang baik.

Mengapa Kesadaran dan Kebangkitan Dimulai dari Ibu?

Di dalam Islam sendiri, yang pertama mengakui Kenabian Muhammad SAW, justru perempuan, yaitu bunda Khadijah, bahkan orang yang pertama menjemput Syahid adalah Sumayah, seorang perempuan.

Sepanjang sejarah, para ibu ibulah yang justru sosok yang merawat kearifan lokal, seperti merawat benih, mengklasifikasi kearifan, mewariskan kearifan dalam dongeng dan kisah kepahlawanan, pantun dan sya’ir juga senandung menjelang tidur anak anaknya.

Di Nanggroe Aceh Darusalaam, ketika terjadi gempa dan tsunami, akhir tahun 2004, beberapa desa selamat, karena secara turun temurun, para Ibu senantiasa menyenandungkan pantun atau syair yang isinya adalah memberikan tanda tanda Tsunami, berupa surutnya air laut dan menghimbau agar segera naik ke atas bukit.

Para Ibulah yang juga setia dan tulus menyenandungkan syair dan hikayat Perang Sabil pada anak anaknya sepanjang masa peperangan dengan Belanda, sehingga misi perjuangan para lelaki dan suami pada kaum mereka, berlanjut geloranya pada anak anaknya.

Ini semua barangkali karena para perempuan dan ibu adalah makhluk yang Allah berikan sensitifitas, firasat, naluri, sekaligus cinta yang besar sehingga bisa membaca isyarat isyarat datangnya keburukan pada generasi mendatang juga isyarat isyarat kebangkitannya. Para ibulah yang memiliki intuisi dan nurani yang tajam untuk memelihara kearifan dan pengetahuan kaumnya.

Para ibulah yang mampu gigih “melihat darah tertumpah” dan tampil sebagai terapis dan konselor ketika luka akibat peperangan, atau pergulatan peradaban yang menyebabkan kehancuran baik fisik maupun mental. Para ibulah lautan maaf tak bertepi.

Maka wahai para Bunda, para Perempuan, jika para suami atau ayah anda hari ini banyak menampilkan pensikapan yang buruk akibat luka pengasuhan, nampak banyak bingung, kurang tangguh, tak punya misi, tak membentuk sistem berfikir anak anaknya, tak mampu membangun professionalisme di rumah, egois atau peragu, kasar atau galau jadi suami atau ayah, mager atau hidup tak sehat dstnya, maka mulailah perubahan dari diri anda.

Tak perlu menunggu, karena sepanjang sejarah andalah para Ibu yang Allah takdirkan untuk menjadi benteng terakhir peradaban ketika para lelaki mandul dan mati suri, andalah yang mendorong kebangkitan sebuah bangsa dari rumah rumahmu, andalah makhluk yang bisa membaca sejarah, masa depan dan gejala alam, yang telaten dan setia menyambut panggilan menjadi ibu peradaban .

Salam Pendidikan Peradaban.

#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.