Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa
Komunitas itu bagian dari Misi Hidup
Bagi saya, membuat komunitas itu bukan cuma kumpul kumpul sosialita mengambil manfaat, bukan juga ingin menguasai atau terkenal apalagi menggalang harta, tetapi ingin menuju Allah bersama, ingin saling berbagi & ingin tumbuh besar bersama membangun peradaban sehingga Allah ridha.
Karenanya komunitas itu bagi saya adalah wadah perjuangan Misi Hidup saya atau wadah bagi perjuangan Tugas Langit saya yang saya perjuangkan sampai akhir.
Karenanya juga, insyaAllah saya tidak pernah sayang membagi apapun, saya curahkan semuanya kepada komunitas karena ini bagian dari perjuangan tugas langit saya. Dan saya tak pernah mengharap kembali apapun, kecuali tugas langit saya selesai dan Allah ridha pada saya.
Dalam logika ikhlash seperti itulah saya tak pernah takut pada siapapun dan kehilangan apapun, saya terus bersama misi hidup saya dan memperjuangkannya bersama mereka yang punya keyakinan yang sama bukan bersama mereka yang dungu dan obsesif.
Jangan Kotori
Karena itu bagian dari tugas langit saya, maka saya sadar betul bahwa ini semata mata dari Allah SWT, untuk itu setiap Tugas Langit tak boleh dikotori oleh ambisi, obsesi, maksiat, hasad, adu domba, syahwat berkuasa dan keinginan populer dan terkenal apalagi memanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan kelompok.
Perlu dijaga serius Adab pada Allah, adab pada guru, adab pada pendiri, adab pada konseptor bahkan adab pada member paling lemah harus dijaga. Adab ini juga bermakna pemuliaan berjenjang.
Kalau tugas langit sudah dikotori maksiat, adab yang buruk, atau apapun yang merusak maka Iblis bersorak karena itulah saatnya keberkahan diambil dan kehancuran tinggal menunggu waktu. Ketenangan hati dicabut, yang ada kebencian dan saling menjatuhkan.
Kepemimpinan
Maka setiap komunitas yang saya bangun adalah bagian dari tugas langit saya, itulah mengapa saya selalu ada di belakang, selalu hadir membersamai seperti Kyai dengan santrinya, tak pernah berambisi menjadi pemimpin atau ketua, apalagi god father atau god mother yang punya singasana di lembah atau di bukit, dimana orang datang menghaturkan hormat dan sembah, dimana semua dana diarahkan dan dialirkan ke rekening pribadinya dstnya. Haram bagi saya.
Maka saya selalu mempersilahkan siapapun untuk maju ke depan membangun bersama. Jargonnya selalu “no one is as smart as all of us” namun jangan liar liberal, adab tetap dipelihara.
Wujud adab itu ada pada tatakelola yang benar dan rapih, karena walau setiap orang memiliki peran unik, namun Allah mencintai mereka yang berjuang dalam shaf yang kokoh dan teratur, atau seperti tawaf, melingkat mekar teratur, bukan tumbuh melingkar liar.
Kepemimpinan dalam komunitas atau jamaah itu ibarat Imam dalam sholat, diikuti dan dipatuhi, namun dalam aturan bersama. Karenanya kepemimpinan juga bershaf shaf, ada saatnya maju dan ada saatnya berganti ke belakang bukan kekuasaan yang ingin terus dinikmati, tetapi amanah yang akan dipertanggungjawabkan.
Maka kaidahnya adalah haram memilih pemimpin karena ambisi dan obsesi, apalagi kepentingan pribadi karena sudah tidak benar niat dan motivasinya bahkan aqidahnya.
Kendala
Sayangnya, bangsa ini sakit, berpuluh puluh tahun saya berkomunitas, selalu ditemukan pemimpin yang durhaka pada pengikut atau pengikut yang durhaka pada pemimpin. Bahkan sesama pemimpin juga durhaka. Kadang tertawa geli kadang saya menangis. Kasihan ummat ini.
Bahkan lebih liberal dari orang liberal. Dalam masyarakat liberal sekalipun, forum forum diskusi atau debat itu ada etika, ada jenjang pengakuan otoritas yang harus dihormati dll. Namun sering dalam masyarakat Muslim, walau namanya syuro, isinya liberal liar tanpa adab, atau sebaliknya disisi lain, sendiko dawuh menjilat habis bersembunyi di balik adab.
Adab itu adalah perbuatan yang dieksekusi dengan adil dan hikmah, ilmu dan kebijakan yang dalam, lalu berwujud pada aturan sebagai hasil dari kebijakan. Bukan bijak berarti tanpa aturan, bukan aturan tanpa kebijaksanaan.
Barangkali penyebabnya adalah mental budak, ini merupakan penyakit parah akut pada bangsa bangsa terjajah dan lukanya panjang sampai anak keturuanan.
Jika diatur maka berontak brutal, namun jika dibebaskan menjadi liar. Kepentingan dan ego kelompok sangat kental, seringnya sangat vulgar dan sangat memalukan.
Apabila terus begini, maka sampai kapanpun bangsa ini atau ummat ini susah bersatu. Allah akan cabut ilmu dan kebaikan dari orang orang shalih, sehingga yang disisakan orang orang obsesi dan hasad.
Kesimpulan
Pada akhirnya kita mau sadar atau tidak, mau kembali ke titik pertaubatan dan titik kesadaran untuk memperjuangkan tugas langit atau tidak. Ujiannya adalah ambisi obsesi atau misi.
Namun ingat baik baik, sesungguhnya tak ada yang bisa ditegakkan apabila didirikan atas akar obsesi dan ambisi, karena akarnya telah membusuk sejak berdirinya.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
#fitrahbasedlife
Sumber: