Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Fitrah based Education vs Strength based Education
Dalam perspektif pendidikan berbasis fitrah, bahwa strength based itu sebenarnya sudah berlangsung panjang sejak zaman Nabi Adam AS. Pada inidividu disebut fitrah (kodrat) manusia, pd alam disebut fitrah (kodrat) alam, pada kehidupan masyarakat disebut fitrah kehidupan (kearifan).
Maka, sebagaimana kita tahu bahwa Tugas Kenabian adalah menyempurnakan atau memuliakan Akhlak, yaitu menghebatkan potensi dari benih berupa fitrah atau kodrat atau kearifan ini dan memandunya dengan Kitabullah sehingga kelak menjadi peran peradaban.
Ibnu Taimiyah rahimahullah, seorang Ulama yg banyak dirujuk dalam masalah aqidah, bahkan menyebut fitrah atau benih yg diinstal di dalam makhluk dengan istilah fitrah algharizah (innate goodness), sedangkan Kitabullah yg memandu fitrah itu disebut fitrah almunazalah.
Di zaman Nabi SAW, setiap sahabat Nabi juga ditugaskan sesuai strengths nya, walau belum ditemukan pemetaan bakat, tetapi potensi kekuatan atas kekhasan atau keunikan adalah keniscayaan pd makhluk. Rasulullah SAW melakukan observasi “mata, telinga, tangan, kaki dan hati” atau membersamai hari demi hari utk memetakan bakat para Sahabat.
Rasulullah SAW tdk pernah menyuruh Abu Bakar RA yg baperan utk menjadi seperti Umar RA yg tempramental atau sebaliknya, dan uniknya mereka berdua tak pernah menjadi panglima perang, namun keduanya keren ketika menjadi khalifah (CEO) walau sifatnya seolah berseberangan.
Ada beberapa buku yg menuliskan ttg 60 atau 64 karakteristik Sahabat beserta julukannya. Ini kalau digali sekolah2 Islam, barangkali lebih mengena utk menerapkan strengths based education.
Jadi strengths based itu memang keniscayaan, baik pd level manusia (personal dan komunal), alam, kehidupan juga zaman dan sdh berlangsung panjang sejak zaman Nabi Adam AS.
Namun demikian strengths based pada manusia sebagaimana fitrah based, seharusnya bukan hanya bicara keunikan manusia saja.
Jika menilik perannya manusia dalam kehidupan, kita temukan beragam peran dalam kehidupan bukan hanya dalan karir terkait keunikan personal tetapi peran universal, misalnya peran dalam menyeru kebenaran, peran dalam keayahbundaan, peran inovasi, peran memperindah kehidupan, peran sosial dstnya yang potensinya ada dan diinstal Tuhan.
Apa jadinya jika memiliki peran hebat atas bakat namun tak hebat sebagai ayah atau bunda, tak tangguh dalam melakukan perubahan bagi dunia yg lebih baik.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife
Reff: