- Dakwah, FBE, IMTAQ

Apakah Fitrah based Education bisa diterapkan di Sekolah?

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa

Apakah Fitrah based Education bisa diterapkan di Sekolah?

Tentu saja bisa, namun dengan syarat bahwa sekolah harus melibatkan orangtua (parental enggagement) secara intens dalam proses pendidikannya. Ada banyak hal dalam mendidik setidaknya ada 8 aspek fitrah dimana peran orangtua sangat penting dan menentukan.

Sekolah harus menyadari bahwa tanpa keterlibatan orangtua, maka proses mendidik anak menjadi manusia seutuhnya sesuai fitrahnya akan jauh dari harapan, begitupula para orangtua harus menyadari bahwa kapasitas sekolah memang tidak cukup untuk menumbuhkan semua aspek fitrah juga termasuk adab.

Ini bukan tentang wajib hadir di undangan seminar parenting sebulan sekali yang diadakan sekolah, namun tentang keterlibatan penuh orangtua dalam perencanaan dan proses pendidikan.

Mendidik kedelapan aspek fitrah ini benar benar harus berjalan simultan dan memerlukan ketelatenan, keshabaran tingkat tinggi yang tidak mungkin bisa dilatih apalagi disertifikasi karena sifatnya sangat natural yaitu ketulusan hati seorang ayah dan seorang ibu.

Para guru barangkali bisa saja berperan sebagai orangtua dengan meniru fitrah keayahan atau fitrah keibuan, namun guru yang demikian amat langka dan tentu banyak kendala di lapangan.

Selain rasio guru dan siswa harus setidaknya maksimal 1:10, juga biasanya guru yang dicintai anak, proses mendidiknya menjadi tidak efektif menurut pandangan sistem persekolahan formal, harus lebih banyak informal dan tidak bisa dikejar target karena harus memenuhi satu per satu perkembangan fitrah anak.

Karenanya, alangkah baiknya, jika terjadi pembagian peran antara orangtua dan guru dalam mendidik anak, namun dalam kerjasama yang harmonis dan terencana. Sekolah bisa memulai keterlibatan orangtua dengan

  1. melakukan penyadaran intensif akan peran orangtua dalam mendidik fitrah anak dan sekolah tidak mungkin berjalan sendiri,
  2. memilih orangtua yang sudah “sadar” untuk menjadi motor perubahan, dan pengambil keputusan
  3. menyepakati pembagian peran mendidik antara orangtua dan guru melalui musyawarah
  4. memfasilitasi setiap orangtua untuk mampu merancang “personalized curriculum” untuk setiap anaknya melalui workshop
  5. mengintegrasikan personalized curriculum dengan class curriculum melalui workshop
  6. membuat ukuran ukuran evaluasi keterlibatan orangtua sehingga bisa dievaluasi dan diperbaiki secara berkelanjutan
  7. melibatkan orangtua sebagai resources pembelajaran, misalnya volunteer dalam bidang pengajaran tertentu atau akses jaringan
  8. membuat jalur komunikasi yang intensif sehingga dapat saling memberikan informasi dan umpan balik
  9. memulai keterlibatan orangtua dalam proses mendidik dari yang sederhana dan perlahan meningkat
  10. membangun kultur kerjasama dalam suasana kebersamaan komunitas yang kolaboratif saling menasehati (bukan produsen dan konsumen) dalam rangka membangun peradaban bersama untuk generasi peradaban terbaik

Mari para orangtua yang menyekolahkan anaknya agar terlibat dalam proses mendidik, jangan jadikan sekolah sebagai tempat penitipan anak atau laundry dan bengkel. Jangan biarkan sekolah sendirian menjalani proses pendidikan.

Mari sekolah, berhentilah menjadi tempat penitipan anak, segera libatkanlah para orangtua dengan sungguh sungguh dalam proses pendidikan jika memang menginginkan perubahan terbaik dalam hasil pendidikan. Jangan biarkan orangtua kehilangan fitrah keayahan dan fitrah keibuannya.

Mendidik anak bukanlah industri untung rugi, tetapi menegakkan peradaban terbaik untuk dunia dan akhirat secara bersama sama.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation #pendidikanberbasisfitrah

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.