Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Perubahan Anak di Usia 10-15 Tahun
Banyak orang tua kaget dan tidak siap menerima perubahan pada anak Usia 10-15 tahun. Anak yang dulu “penurut” tiba tiba tiba berubah menjadi tak mau diatur, melawan & sering protes.
Apalagi jika pola mendidik sebelumnya banyak mendikte dan menekan, maka perlawanan makin menjadi jadi seolah tak terkendali. Ledakan ini serta ketidaksiapan membuat pusing kepala.
Lalu banyak orangtua yang kemudian menganggap perubahan itu sebagai bentuk kurang ajar, bahkan memendam perasaan, mereka sakit hati luar biasa pada sikap anaknya, kemudian meladeninya dan pecahlah “perang dunia” di rumah lalu keakraban dan ikatan cinta menjadi retak. Saling membenci, memusuhi bahkan dendam. Komunikasi menjadi hambar dstnya. Hati hati, di titik kritis inilah biasanya kegelapan masuk berupa pelarian yang buruk.
Sebenarnya anak usia segitu (10-15 tahun) sangat normal apabila tak mau diatur atur, karena ia jelang dewasa. Tak ada seorang dewasapun yang suka diatur atur bukan? Maka solusinya seperti biasa, gunakan kacamata fitrah dan jangan gunakan kacamata penjajah.
Pertama tetap rileks dan optimis, semakin panik, semakin tergesa ingin “mengatasi” anak maka semakin banyak masalah.
Kedua, pahamilah tahapan perkembangan anak dengan seksama.
Ketahuilah bahwa mendidik anak usia 10-15 tahun tentu berbeda dengan mendidik tahap usia sebelumnya, secara fitrah perkembangan di tahap ini anak sebenarnya sudah menjelang dewasa (aqilbaligh di usia 15 tahun). Sebuah riset bahkan menyebutkan bahwa mereka sesungguhnya telah punya kemampuan atau kompetensi alamiah seorang dewasa, seperti mengurus diri dan orang lain, memimpin orang, mencari nafkah, berkomitmen dan bertanggungjawab dstnya.
Ketiga, temukanlah “mengapa” anak begini dan begitu bukan “bagaimana”mengatasi anak begini dan begitu. Bukalah dialog penuh empati, bukan monolog penuh interogasi. Turunkan ego serendahnya, gunakan mata hati, telinga hati dstnya. Mintalah maaf dengan tulus, galilah perasaannya, frustasinya, risau dan gelisahnya, gagasannya, harapannya, antusiasnya, mimpi mimpinya, juga bantu telusuri dan petakan potensi kekuatan dan kebaikannya. (Jika lebih detail, lakukan pemetaan 8 fitrahnya, galilah obstacle dan trigger)
Keempat, jangan mati gaya dan mati idea. Fokuslah pada cahaya ananda, bukan kegelapannya. Definisikan kebutuhannya dan munculkan idea idea keren untuk menghebatkan potensi fitrah ananda, maka kelak semua masalah perlahan akan hilang.
Kelima. rancanglah program beberapa bulan ke depan untuk mengembangkan potensinya. Yang utama adalah pengembangan fitrah keimanan dengan menguatkan aqidahnya dan memberinya pendamping Akhlak, lalu pengembangan fitrah bakat dengan memagangkan pada Maestro sesuai bakatnya dan kemudian fitrah seksualitas dengan kembali menjalin kedekatan dengan ayah dan ibunya.
Keenam, ajak ananda untuk memberi masukan atas program yang dirancang dan eksekusi program. Motivasi terus menerus dan bangun percaya dirinya serta rasa dicintai. Beri kesempatan dan hargai ananda untuk memberi keputusan serta beri kepercayaan kepada peran peran di sosial yang lebih luas.
Ketujuh, evaluasi terus perkembangan, ulangi proses di atas dan refleksikan selalu untuk perbaikan ke depan. Berdoalah kepada Allah agar diberikan kemudahan menempuh jalan. Ingatlah bahwa Allah aktif dan tidak pasif. Hantarkan ananda dengan konsisten agar mukalaf dan mandiri dengan peran peradaban terbaiknya ketika aqilbaligh di usia 15 tahun atau selambatnya usia 18 tahun.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
Sumber: