- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Mencari Arsitek Peradaban #2

#arsitekperadaban #fitrahbasedlife

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Mencari Arsitek Peradaban #2

Alkisah, suatu hari seorang Ulama mengangkat seorang muridnya yang junior, menjadi pimpinan murid, padahal ia belum lama belajar. Tentu saja ini membuat murid lain yang jauh lebih senior dan lebih lama belajar serta banyak ilmunya, merasa tak adil dan protes kepada sang Ulama.

Lalu Ulama ini menggambar dua titik hitam di dinding yang putih bersih.

Kemudian ia memanggil murid senior yang protes tadi, lalu Ulama bertanya, “Apa yang kau lihat di dinding?” Murid senior itu segera menjawab, “Dua titik hitam di dinding”.

Lalu sang Ulama memanggil muridnya yang junior, yang diangkat menjadi pemimpin, dan menanyakan hal yang sama, “Apa yang kau lihat di dinding”

Murid junior itu menjawab, ‘Dinding luas putih bersih, dengan dua titik hitam yang kecil”


Kisah di atas disampaikan oleh seorang pembicara dalam konferensi “Rekontruksi Peradaban melalui Pengukuhan Pandangan Alam Islam (Islamic Worldview)”. untuk menunjukkan perbedaan antara mereka yang optimis terhadap kebenaran dengan mereka yang pesimis dan selalu melihat masalah atas segala sesuatu walau sekecil apapun.

Hari ini kita membutuhkan pemimpin yang optimis yang tidak disibukkan oleh masalah. Itulah perbedaan antara pemimpin yang optimis dan beradab dengan yang sebaliknya. Pemimpin yang optimis beradab, secara bijak hanya melihat kehidupan sebagai hamparan tembok putih bersih yang luas dengan sedikit noktah hitam yang tak berarti.

Merekalah walau ilmunya sedikit namun memiliki optimisme besar dalam kehidupan dan kebenaran, mereka meyakini bahwa Allah Maha Besar, bahwa alHaq dan Kebenaran itu selalu lebih besar.


Dalam beberapa dekade ini ternyata banyak para pejuang atau aktifis Islam lebih pandai menjadi terapis kebiadaban, sangat terlatih menghadapi dan mengkritik kezhaliman dan kebiadaban, lebih banyak melihat dunia sebagai masalah masalah yang harus diselesaikan, lebih sibuk mengcounter dan melayani agenda agenda bangsa kera, namun melupakan jatidirinya sebagai arsitek peradaban.

Ya kita lebih pandai menjadi terapis kebiadaban, sibuk meratapi dan mengutuki kebiadaban daripada menjadi arsitek peradaban yang mengarsiteki sebuah model baru peradaban yang merujuk pada peradaban terbaik sepanjang sejarah yaitu peradaban masa Rasulullah SAW.

Daripada meratapi keadaan dimana khazanah ilmu, manuscript dan sejarah yang tercerai berai, mengapa kita tak mampu melihat secara optimis bahwa itu semua adalah mutiara mutiara khazanah Islam yang terserak, dan sesungguhnya hanya memerlukan upaya mengumpulkannya dan merangkainya dalam mahkota yang indah.


Sekitar 15 professor dan doktor pemikir dan peneliti Islam menyampaikan makalahnya.

Apabila sebelumnya membahas model baru peradaban yang akan dirancang, maka hari ini lebih kepada melacak jejak sejarah terhadap kelimuan Islam. Bagaimana khazanah ilmu (knowledge) dan pendidikan sepanjang sejarah Islam itu membentuk peradaban dan kebangkitannya, bagaimana melacak itu dari manuscript manuscript (knowledge archive) sejarah, bagaimana Ulama dulu memadukan sains dan tasawuf, bagaimana analisa semantics dalam manuscript dstnya.

Pagi ini, seorang professor wanita, asli Eropa Timur, mualaf, fasih berbahasa Indonesia, banyak menulis tentang khazanah sejarah Melayu dan Nusantara (meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Moro Filipina Selatan dan sebagian Thailand) memaparkan dengan indah tentang risetnya terhadap sejarah Sultan Pasai, pintu masuknya Islam ke Melayu.

Betapa manuscript manuscript sejarah Islam di Nusantara banyak rusak, baik karena alam, karena peperangan atau karena politik alias disengaja karena ingin menghapus peran Islam di Melayu. Misalnya pembakaran Masjid Baiturrahman Aceh, dilakukan untuk menghilangkan peran masjid dalam pendidikan. Masjid ini dulunya empat kali luasnya dari sekarang dan ada 20 lebih fakultas keilmuan.

Intimya, betapa penting pelacakan sejarah Melayu melalui manuscript manuscript lama, dan betapa upaya penghilangan peran Islam di Nusantara.

Professor yang lain ternyata membahas lebih seru, beliau menemukan bagaimana seorang Ulama Sufi Besar Aceh ArRaniri, menuliskan tentang Zarrah (Atom). Beliau sangat amazing betapa kehebatan Ulama dulu menggali sumber Ilmu langsung dari alQuran.

(Bersambung)

Salam Pendidikan Peradaban

#arsitekperadaban #fitrahbasedlife

Sumber:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.