Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Ingin Anak Anak Selamat, Segera Sambut Amanat
Setiap mendengar kasus kenakalan abg dan kejahatan pemuda, dari mulai bully, perkosaan, sampai pembunuhan dsbnya kita seolah tercekat ngeri, khawatir menimpa anak anak kita sendiri.
Sayangnya walau kasus seperti itu makin sering terjadi, namun kita hanya bagai orang makan sambel, hanya terkaget kaget kepedesan atau miris sesaat, prihatin, berdoa agar anak kita tidak terkena musibah mengerikan itu lalu kemudian alih alih taubat dengan berani menyambut panggilan menjadi ayahbunda yg baik, kita bahkan cepat melupakannya dan mengulangi lagi kesalahan yg sama yg sesungguhnya menjadi akar penyebabnya.
Akar penyebab kasus kasus kriminal abg dan pemuda selalu pada hal berikut
- Para orangtua menganggap jika anak sdh disekolahkan apalagi sekolah fullday agama bahkan sudah disterilkan di pondok, maka selesailah pendidikan semuanya. Padahal persekolahan itu wilayah pengajaran bukan penumbuhan dan pemuliaan. Hari ini kita sadar betul bahwa tersekolahkan dengan baik (wellschooled) belum tentu terdidik dengan baik (welleducated).
Dalam Islam ada perbedaan mendasar antara penumbuhan fitrah (Tarbiyah), penanaman atau pemuliaan adab (Ta’dib) dan pengajaran ilmu (Ta’lim). Menganggap persekolahan adalah pendidikan akan sangat fatal bagi masa depan anak anak kita.
- Orangtua tidak mau menyambut fitrah keayahbundaan, atau tak menyambut panggilan utk menjadi ayah ibu sejati yg berani dan mampu merancang pendidikan anak anaknya sendiri sesuai fitrahnya.
Semua berita kriminalitas anak dan pemuda malah semakin membuatnya makin surut dan makin pandai menitip anak, melepas tamggungjawab, bukan membuatnya semakin berani menikmati panggilan sebagai ayah ibu sejati yang diamanahi mendidik fitrah anak anaknya.
Padahal anak anak yg fitrahnya tumbuh paripurna, ia akan bercahaya dan berdaulat di ruang manapun, bagai ikan hidup di samudra luas, yg tak akan pernah asin tubuhnya walau berenang di air garam setiap hari
- Orangtua tak mau berkomunitas dalam mendidik. Merasa paling pandai atau merasa egois, yg penting “anak gue” aman aman saja, tak peduli pada anak teman dan tetangga. Padahal tak peduli pd pendidikan anak anak teman dan tetangga, sama saja menyiapkan musuh, pembully, bahkan pembunuh bagi anak kita di masa depan.
Mari jadikan semua peristiwa dan musibah keburukan itu sebagai pemicu dan teguran untuk berani menyambut panggilan menjadi ayah bunda sejati untuk menumbuhkan fitrah, untuk memuliakan adab dan untuk mempesonakan ilmu pada anak anak kita, lalu bergerak bersama komunutas untuk mengantarkan anak dan pemuda kita kepada peran peradaban terbaik dengan semulia mulia adab.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife
Reff: