- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Hubungan antara 10 Muwashofat (Karakter) Seorang Muslim dengan 8 Aspek Fitrah

#fitrah

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Hubungan antara 10 Muwashofat (Karakter) Seorang Muslim dengan 8 Aspek Fitrah

Seorang guru dan aktifis diminta untuk membuat kurikulum pembinaan anak kader. Beliau bertanya apa hubungan antara 10 Muwashofat Muslim dengan 8 Aspek Fitrah.

Teman teman yang baik,
Ada yang berminat ikut pembahasannya di sini?
Ada yang tahu bedanya karakter dengan fitrah?
Ada yang tahu bahwa Karakter itu dilahirkan atau dibentuk?
Atau ingin memberi masukan?

Silahkan klik Love atau Tulis Pendapat di komentar ya 🙏😊


Agenda yang perlu dibahas adalah

  1. Mindset Tentang Fitrah dan Muwashofat serta Keterhubungan keduanya. Ini menyangkut definisi Fitrah dan Adab, definisi sifat dan karakter, lalu perbedaan Adab dan Akhlak
  2. Membreakdown, kaitan tiap Aspek Fitrah dengan tiap aspek Muwashofat
  3. Tahapan Praktisnya, bagaimana menumbuhkan fitrah sehingga mencapai Muwashofat

Pembahasan

  1. Mindset tentang Sifat dan Karakter

Pertanyaan paling mendasar tentang pendidikan karakter adalah apakah karakter itu dilahirkan (nature) atau dibentuk (nurture). Sekularisme dalam pendidikan membuat kita melupakan satu hal yaitu bahwa Allah menghadirkan kita di dunia bukan kebetulan sebagaimana pandangan darwinisme atau pandangan sesat lainnya.

Pandangan bahwa manusia lahir kebetulan, melahirkan teori anak lahir seperti kertas kosong, atau konsep tabula rasa, sebagaimana John Locke. Pandangan atheisme ini jelas berangkat dari Ketiadaan Tuhan atau Penolakan terhadap Adanya Tuhan, lalu pastinya muncul menjadi gerakan penolakan adanya jiwa termasuk fitrah.

Maka kemudian ilmu psikologi modern karena menolak jiwa, mereka menghamba pada teori perilaku (behaviorisme). Bahwa manusia bisa dibentuk menjadi apa saja, dengan cara merubah perilakunya seperti pembiasaan, over stimulus, reward n punishment, over conditioning dll.

Tentu pandangan sesat ini masuk ke dalam sistem pendidikan menjadi upaya upaya extrinsic motivation untuk merubah manusia seperti yang diinginkan untuk kebutuhan industrialisasi dll.

Dalam sistem ekonomi modern, Adam Smith menyambut dengan menyiapkan sistem agar manusia terus bekerja dengan sistem pengupahan yg diatur sejak bekerja sampai pensiun, namun jangan terlalu sejahtera karena harus 1 % elite yang menguasai 99% aset dan 99% kuli peradaban yg berebut 1% aset sisanya.

Ibarat peternakan raksasa, kita semua sudah diatur jatah makan, jatah gaji dan penghasilan, jatah aset tsnah dan bangunan sampai jatah pensiun dan jatah kuburan. Rezqi sudah ditakar oleh sistem sejak masuk sukarela ke dalam sistem.

Fitrah Ibarat Benih

Manusia dalam pandangan Islam, hadir di muka bumi bukan seperti kertas kosong, namun dengan membawa benih kebaikan (innate goodness atau the seed of goodness). Inilah nature character.

Konsep fitrah merubah dan menjungkirbalikan konsep konsep sekularisme tentang manusia. Riset riset di barat tentang manusia, belakangan ini, tidak menggunakan hewan, tetapi kepada penelitian kepada bayi, karena bayi bisa menjelaskan dan bercerita banyak tentang siapa sesungguhnya manusia dan apa yg dibawanya sejak lahir.

Dalam perspektif Islam, bahwa karakter yang dilahirkan atau Nature Character disebut Fitrah, ia benih kebaikan (innate goodness), diinstal Allah di jiwa, namun ia berada di alam tak sadar shg perlu dibangkitkan, disadarkan, dipesonakan, dibersamai dstnya. Dalam kaitan fitrah, maka pendidikan fitrah disebut tarbiyah (menumbuhkan dan merawat fitrah). Gurunya disebut Murobby.

Muwashofat Ibarat Buah

Nurture Character itu sesungguhnya adalah karakter yang dibentuk oleh nilai nilai Kitabullah, dalam istilahnya nurture character ini disebut Adab termasuk Muwashofat.

Adab sekali lagi adalah nilai nilai yg diambil dari alQuran. Adab ini perlu ditanamkan, dibentuk, dimuliakan dstnya. Adab ini bukan terbatas pada etika, tetapi amal yg dilakukan dengan penuh hikmah dan penuh adil. Dalam kaitan pendidikan disebut dengan ta’dib (memuliakan, menanamkan Adab). Gurunya disebut Mu’adib.

Muwashofat sesungguhnya adalah sifat yang sudah menjadi buah dan inherent (menyatu) dalam diri seorang Muslim, namun bukan sesuatu yang instan, ia harus berangkat dari sifat bawaan manusia sebagai benihnya atau asal kejadiannya yaitu fitrah.

Dalam definisi ini maka Muwashofat sebenarnya adalah Adab itu sendiri. Aqidah Salimah, Ibadah Shohihah, Kasbul Maisyah dstnya adalah buah yang muncul dari pohon yang baik yang ditumbuhkan sesuai benihnya..

Adab seperti halnyanya Akhlak adalah nurture character, begitupula Muwashofat Muslim disebut sebagai sifat sifat Muslim, itu karena sudah inherent, sudah menjadi perilaku dan aksi, karenanya definisi karakter menurut Imam AlGhazali , “huwa kullu fi’lin yashduru minnaasi bighoiri tafakirin saabiq” yaitu perbuatan yg dilakukan tanpa proses berfikir.

Apa kaitan fitrah dan muwashofat?

Ibnu taimiyah menyebut fitrah yg diinstal dalam diri manusia dengan fitrah algharizah, dan Kitabullah disebut dengan fitrah almunazalah, karena antara fitrah dan adab (nilai Kitabullah) ini sifatnya kompatibel dan terhubung karena keduanya cahaya kebaikan dari Allah.

Tidak seperti sekularisme di Barat, yang menolak Tuhan, sehingga menolak jiwa, dan ujungnya menolak bahwa manusia sejak lahir membawa fitrah. Maka di Barat, karakter itu tanpa diawali adanya benih yang dipersiapkan Tuhan. Karakter bagi mereka hanya bentukan yang dibentuk dari luar (outside in) dengan pembiasaan, pemaksaan, hukuman dan hadiah (reward n punishment), pengkondisian masif (masive conditioning), stimulus berlebihan (over stumulus) dll.

Sedangkan dalam Islam, setiap kebaikan atau adab itu ada benihnya karena semua itu adalah buah. Maka perlu dan harus dibina benihnya atau fitrahnya.

Benih (fitrah) yang baik apabila dirawat, dibina, ditumbuhkan (ditarbiyah) akan tumbuh menjadi semakin indah, berkembang sempurna dan berbahagia apabila dipandu dengan nilai2 yg benar sehingga menjadi buah yang lebat (adab).

Nature dan nurture dalam kehidupan manusia adalah kesinambungan. Fitrah adalah nature character, Adab adalah nurture character. Naturing menumbuhkan, naturing memuliakan. Maka istilah building character bukan didefinisikan dengan membangun karakter, tetapi membangunKAN karakter.

Framework FBE dan 10 Muwashofat

Ke sepuluh muwashofat tanpa diawali benih dan cara menumbukannya sesuai tahapan, maka hanya akan seperti butir-butir pancasila yang tertulis tapi tak tahu cara menumbuhkannya.

Berikut adalah kaitan antara fitrah dan muwashofat beserta tahapan tahapan menumbuhkannya.

  1. Fitrah Keimanan sebagai benih berupa tauhid rubbubiyatullah yang diinstal Allah kepada jiwa (QS 7:172), jika benih ini ditumbuhkan sesuai tahapan tahapan usianya (ada pada framework FBE) dipandu Kitabullah maka akan berkembang menjadi tauhid Uluhiyah, berujung atau berbuah menjadi Karakter seorang Muslim berupa Salimul Aqidah (Bersih Aqidah) dan Shahihul Ibaadah (Benar Ibadah).

Buah Salimul aqidah maupun Shahihul Ibadah, akan muncul secara alamiah apabila fitrah keimanan dirawat, dibersamai, ditumbuhkan, disadarkan sesuai tahapan usia anak dan dipandu Kitabullah agar sempurna dan berbahagia.

Mustahil seseorang memiliki Salimul Aqidah (Bersih Aqidah) dan Shahihul Ibaadah (Benar Ibadah) apabila benih fitrah keimanan tidak ditumbuhkan sesuai tahapannya.

Tahapan menumbuhkan fitrah keimanan yaitu usia 0-6 tahun tahap menumbuhkan mahabbatullah (kecintaan) dengan imaji imaji positif tentang alHaq, usia 7-10 tahun adalah tahap membangun tauiyah (kesaadaran) dengan beragam akitifitas dan nalar yang menumbulkan ghirah, serta usia 11 – 15 tahun adalah tahap pengujian (wazhifah) dengan latihan pembebanan dakwah dsbnya.

Keimanan ditumbuhkan dengan Keteladanan dan Atmosfir Keshalihan.

  1. Fitrah Belajar dan Bernalar sebagai benih yang diinstal pada seorang manusia agar mampu mengemban amanah mengelola alam semesta, mampu memikul amanah untuk memformulasikan pengetahuan dan mewariskan pengetahuan kepada generasi berikutnya dstnya. Apabila fitrah belajar dan bernalar ditumbuhkan sesuai tahapan usianya (ada pada framework fbe) dan dipandu Kitabullah maka akan berujung atau berbuah menjadi Karakter Muslim berupa Musaqqoful Fikri (Intelek dalam Befikir).

Mustahil seseorang akan memiliki kemampuan intelektualitas yang menghebat, menjadi Ulil Albab dstnya apabila sejak usia dini fitrah belajar mereka tak dibangkitkan dan ditumbuhkan sesuai tahapannya.

Tahapan menumbuhkan fitrah belajar dan bernalar yaitu usia 0-6 tahun tahap menumbuhkan kecintaan pada belajar, pada buku dengan imaji imaji positif tentang Ilmu, Ulama, alQuran dll, usia 7-10 tahun adalah tahap membangun tauiyah (kesaadaran) untuk memahami keteraturan semesta dengan beragam akitifitas dan nalar yang menumbulkan ghirah meneliti, serta usia 11 – 15 tahun adalah tahap pengujian (wazhifah) dengan latihan pembebanan untuk membuat riset atau solusi ilmu (inovasi) bagi kehidupan dsbnya.

Fitrah Belajar dan Bernalar ditumbuhkan dengan Inspirasi hebat dan idea menantang.

  1. Fitrah Bakat sebagai benih keunikan yang diinstal pada seorang manusia sebagai sifat unik, yang kelak sifat unik ini akan terkait dengan peran atau solusi pada suatu bidang di masyarakat. Maka bakat ini agar kelak mampu memberikan kabar gembira (solusi) dan peringatan di masyaraka atau ummat, jika ditumbuhkan sesuai tahapan usianya (ada pada framework fbe) maka akan berujung atau berbuah menjadi Karakter Muslim berupa Qadirun ‘alal Kasbi (Mampu berusaha mandiri)

Mustahil seseorang akan memiliki kemampuan Qadirun ‘alal Kasbi (Mampu berusaha mandiri) yang menghebat, memiliki peran professional atau bisnis dalam kehidupan dstnya apabila sejak usia dini fitrah bakat mereka tak dibangkitkan dan ditumbuhkan sesuai tahapannya.

Tahapan menumbuhkan fitrah bakat yaitu usia 0-6 tahun tahap menumbuhkan kecintaan pada keunikan diri, penghargaan dan penerimaan atas sifat sifat unik anak dengan imaji imaji positif berupa julukan, atau peran sederhana di rumah atau imajinasi di masa depan yang sesuai sifat uniknya dll, usia 7-10 tahun adalah tahap membangun tauiyah (kesadaran) untuk memperoleh aktifitas produktif yang sesuai sifat uniknya dengan beragam akitifitas dan nalar yang menumbulkan ghirah beramal atau berkarya sederhana dengan passionnya, serta usia 11 – 15 tahun adalah tahap pengujian (wazhifah) dengan latihan pembebanan untuk memberi solusi atau karya solutif sekecil apapun sesuai bakatnya bagi kehidupan dsbnya.

Fitrah Bakat ditumbuhkan dengan memberikan banyak kesempatan dan konsisten mendukung.

  1. Fitrah Seksualitas dan cinta sebagai benih yang diinstal pada seorang manusia berupa identitas gender dan kecintaan pada keluarga, yang kelak sifat gender ini akan terkait dengan peran di masyarakat. Maka gender atau seksualitas ini agar kelak mampu menjadi peran lelaki atau perempuan sejati, atau peran ibu sejati dan peran ayah sejati. Pada (framework fbe )apabila fitrah ini tumbuh bertahap maka akan berujung atau berbuah menjadi Karakter Muslim berupa Mujahidun li Nafsih (Kuat Melawan Hawa Nafsunya)

Mustahil seseorang akan memiliki kemampuan atau karakter berupa Mujahidun li Nafsih (Kuat Melawan Hawa Nafsunya) yang kokoht, memiliki kemampuan mengendalikan cinta syahwati, kerentanan terpapar LGBT, termasuk menyalurkan dorongan seksualitasnya dengan memilih jalan menikah dan berperan menjadi suami/istri atau ayah/ibu terbaik dalam kehidupan berumahtangga dstnya apabila sejak usia dini fitrah seksualitas mereka tak dibangkitkan dan ditumbuhkan sesuai tahapannya.

Tahapan menumbuhkan fitrah seksualitas yaitu usia 0-6 tahun tahap menumbuhkan kecintaan pada identitas seksualitas, penghargaan dan penerimaan atas sifat sifat terkait gender dengan imaji imaji positif tentang sosok atau peran ayahibu dalam keluarga, membangun attachment atau bonding dengan ayah dan ibunya dll, usia 7-10 tahun adalah tahap membangun tauiyah (kesadaran) untuk memperoleh aktifitas produktif yang sesuai identitas gendernya dengan beragam akitifitas dan nalar yang menumbulkan ghirah menjadi lelaki sejati atau perempuan sejati, dengan mendekatkan anak lelaki kepada ayah dan mendekatkan anak perempuan kepada ibu, kemudian usia 11 – 15 tahun adalah tahap pengujian (wazhifah) dengan latihan pembebanan untuk bersiap mengambil peran sebagai ayah sejati atau berperan sebagai ibu sejati, dengan mendekatkan anak lelaki kepada ibunya, dan anak perempuan kepada ayahnya.

Fitrah Seksualitas ditumbuhkan dengan kelekatan (attachment) dan kebersamaan atau kehangatan keluarga.

  1. Fitrah Individualitas dan Sosialitas sebagai benih yang diinstal pada seorang manusia berupa untuk kebutuhan untuk menjadi dirinya sekaligus juga memberikan kewajiban sosialnya. Maka fitrah indivdualitas dan sosialitas agar kelak mampu percaya diri, cepat mengambil kesimpulan, siap jadi leader, namun siap jadi follower. perempuan sejati, atau peran ibu sejati dan peran ayah sejati. Pada (framework fbe ) apabila fitrah ini tumbuh bertahap maka akan berujung atau berbuah menjadi Karakter Muslim berupa Nafi’un Lighoiri (Bermanfaat bagi Orang lain atau orang lain di Sekitarnya) dan Munazhzhamun fii Syu’unih (Teratur dalam Semua Urusan)

Mustahil seseorang akan memiliki kemampuan atau karakter berupa Nafi’un Lighoiri (Bermanfaat bagi Orang lain atau orang lain di Sekitarnya) Munazhzhamun fii Syu’unih (Teratur dalam Semua Urusan) yang kokoh, termasuk memiliki kemampuan dan berperan menjadi leader atau follower (collaborator leadership) dalam kehidupan sosial masyarakat dstnya apabila sejak usia dini, fitrah individualitas dan sosialitas mereka tak dibangkitkan dan ditumbuhkan sesuai tahapannya.

Tahapan menumbuhkan fitrah individualitas dan sosialitas yaitu usia 0-6 tahun tahap menumbuhkan kecintaan pada “ego”, berupa kepedulian dan penerimaan (self awarenss & self acceptance) dengan imaji imaji positif tentang keberadaan diri dalam keluarga, penerimaan tulus dari ayahibu dalam keluarga dll, usia 7-10 tahun adalah tahap membangun tauiyah (kesadaran) untuk mengatur diri dan percaya diri dengan memperoleh aktifitas produktif dengan beragam akitifitas dan nalar yang menumbulkan ghirah percaya diri dan mengatur diri, kemudian usia 11 – 15 tahun adalah tahap pengujian (wazhifah) dengan latihan pembebanan untuk bersiap mengambil peran sosial kehidupan di masyarakat, berjejaring, berorganisasi, berkomunitas dstnya.

Fitrah Individualitas dan Sosialitas ditumbuhkan dengan memberikan ruang bagi ego system dan eco system.

(Bersambung)

Sumber:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.