- Dakwah, FBE, IMTAQ, IPTEK

Jangan Bersyukur Menjadi Buruh Tetapi Bershabarlah

Buruh

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Jangan Bersyukur Menjadi Buruh Tetapi Bershabarlah

Shabar dan Syukur adalah dua hal yang sama mulianya, namun jangan sampai salah tempat dalam memasangkannya di kehidupan.

Misalnya, orang miskin jangan diminta syukur, karena dia akan mensyukuri kemiskinannya dengan berkutat pada kefakirannya, tetapi mintalah bershabar agar segera keluar dari kemiskinannya. Orang kaya jangan diminta shabar, karena dia akan lupa diri dengan kekayaannya, tetapi mintalah untuk bersyukur agar menggunakan kekayaannya lebih banyak manfaatnya untuk ummat.

Jadi jika menjadi buruh adalah bagian dari perbudakan modern, maka bagi yang masih menjadi buruh hendaknya jangan bersyukur, tetap bershabar agar segera mengakhiri keburuhannya atau melakukan strategi dan perencanaan agar tak tenggelam dalam rutinitas waktu dan gajian tanpa panggilan hidup.

Riset di Perusahaan Boeing thd buruhnya atau karyawannya menyebutkan bahwa mereka yang pensiun di usia 40an, umumnya bisa berpeluang hidup sampai di atas 80, mereka yg pensiun di usia 50an akan berpeluang hidup sampai 70an, dan mereka yang pensiun di usia 60an umumnya akan mati di tahun yang sama.

Penyebabnya adalah ternyata banyak orang berkarir atau bekerja tidak sesuai fitrahnya atau panggilan hidupnya. Menurut Prof Sir Ken Robinson, hanya 2 dari 10 orang di dunia yang jujur dengan jatidirinya, kebanyakan hanya ikut arus dan cari uang bukan makna.

Apa hubungannya dengan pensiun dini? Ternyata dengan pensiun lebih dini maka diharapkan akan banyak waktu untuk silaturahmi, merenung dan menemukan panggilan hidup sesungguhnya atau jatidirinya sehingga kemudian menjadi lebih bahagia dan panjang umur karena menjalani sesuatu yang merupakan panggilan hidupnya.

Panggilan hidup ini disebut juga Misi Hidup atau Tugas Langit yang harus kita temukan dan tunaikan selama hidup di dunia. Penggilan hidup ini bukan hanya terkait bakat dalam kehidupan pekerjaan atau bisnis untuk berperan membuat karya solutif di masyarakat.

Tetapi, juga terkait dengan keimanan dalam kehidupan sipritual untuk berperan menyeru kebenaran atau menolong agama Allah dalam suatu bidang kehidupan, juga terkait dengan keayahbundaan dalam kehidupan keluarga untuk berperan mendidik dan melanjutkan perjuangan misi itu pada anak dan keturunan dstnya.

Sebagai catatan, panggilan hidup tak kenal pensiun, inilah tugas spesifik peradaban yang kita harus tunaikan (dalam rangka menjadi Hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi) sampai Allah mewafatkan kita.

Karenanya Guy Kawasaki, Co-Founder Apple, dalam bukunya, mengingatkan bahwa sebaiknya kita jangan cari uang tetapi cari Makna (meaning), karena jika cari uang maka kelak makna hilang dan uangpun hilang. Tetapi carilah makna, karena jika makna datang uangpun datang.

Seorang mantan Rektor IPB, almarhum Prof Andi Hakim Nasution, mengingatkan, “carilah kebenaran, bukan ketenaran, karena jika mencari kebenaran maka kelak keduanya akan datang bersamaan”

Mari kita putus siklus perbudakan modern ini dengan mendidik diri kita dan anak anak kita untuk jujur dan ikhlash dengan fitrahnya, untuk menerima jatidirinya, untuk menyambut panggilan dirinya atau makna hidup sejatinya, maka Allah akan mampukan mereka yang menyambut panggilanNya.

Semoga kelak generasi mendatang menjadi arsitek peradaban, bukan kuli peradaban apalagi kuli kebiadaban.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.