“Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!”
Orang orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apapun mereka melawan, semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak, “Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka’bah. Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota.”
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.
“Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu,” kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
“Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?” tanya Abrahah.
“Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka’bah. Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur.”
Abrahah menggeleng, “Tidak.”
“Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka’bah kepada Tuhan pemilik Ka’bah!” jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.
Kini kota Mekah kosong melompong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah yang letaknya sudah didepan mata.
Siapakah yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu?
📝Catatan tambahan 📝
✏ *Abrahah Al Asyram*
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika untuk menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Namun, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.
🍀Kisah ini diambil dari Buku Muhammad Teladanku penerbit : Sygma 🍀
➡ Materi 23 Jilid 1⬅✍✍✍✍✍✍✍✍✍✍