Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Usia 40 dan Misi Hidup
Kegelisahan, kerisauan, kegundahan, kegalauan manusia biasanya terjadi dalam rentang usia 30 – 40 tahun. Setiap kegelisahan dstnya itu sesungguhnya ada maksud Allah SWT dibalik itu semua.
Manusia sesungguhnya sepanjang hidupnya selalu digiring oleh Allah SWT untuk menuju kepada kesejatian hidupnya atau peran spesifiknya di dunia sesuai fitrahnya. Manusia diberikan berbagai macam peristiwa baik kesulitan, kesedihan, kesenangan dll, yaitu agar menyadari dan menemukan peran dan fungsinya di dunia atau alasan kehadirannya di dunia sebagaimana telah Allah SWT instal dalam fitrahnya.
Dalam laporan Bloomberg terbaru yang berjudul “People Start Hating Their Jobs at Age 35” yang mengulas hasil penelitian Robert Half, dalam sebuah survei yang melibatkan 2.000 karyawan di Inggris. Dalam survei itu ditemukan bahwa pekerja yang usianya lebih tua cenderung tidak bahagia dalam pekerjaan mereka, dibandingkan rekan mereka yang lebih muda.
Sementara itu, didapatkan juga hasil, satu dari enam pekerja Inggris berusia di atas 35 tahun mengatakan mereka tidak bahagia. Hampir sepertiga orang berusia di atas 55 tahun mengatakan bahwa mereka tidak merasa dihargai, sementara 16 persen mengatakan bahwa mereka tidak memiliki teman di tempat kerja.
Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan berada dalam posisi seorang yang punya jabatan yang tinggi, atau sebaliknya, kekecewaan karena tidak cukup berhasil mencapai tangga karier yang lebih tinggi. Seseorang bisa punya gaji lebih tinggi, ternyata juga dibarengi dengan kenaikan gaya hidup yang lebih.
Sayang di barat, kegelisahan dan kegalauan diukur dari tingkat capaian kesenangan dunia yang gagal diperoleh/
“Ada saatnya Anda gagal mencapai kesuksesan, pekerjaan telah mengecewakan Anda, atau pengalaman hidup memberi tahu bahwa keluarga Anda lebih penting, kemudian Anda bertanya pada diri sendiri: ‘Untuk apa atau mengapa saya melakukan ini?’” kata Cary Cooper, peneliti di Manchester Business School.
Upaya “mempertanyakan pada diri sendiri” ini yang menciptakan kegundahan-kegundahan pada seseorang di tengah bertambahnya usia, terutama bagi mereka yang berumur sudah lebih dari kepala tiga. Pertanyaan pertanyaan itu sesungguhnya adalah kegelisahan fitrah yang belum bertemu makna kehidupannya.
Begitupula dalam pernikahan, di Indonesia, menurut data BPS, kasus perceraian terjadi lebih dari 350 ribu kasus lebih per tahun. Guncangan pada pernikahan sampai terjadi perceraian umumnya terjadi pada tahun pernikahan ke 5 dengan anak satu atau dua, lalu terjadi lagi pada tahun pernikahan ke 10 dengan anak dua atau tiga, lalu terjadi lagi pada tahun pernikahan ke 20.
Jika rata rata usia menikah adalah pada usia 25 tahun, maka kegundahan yang berujung pada perceraian berarti terjadi pada kisaran usia ayah atau ibu pada usia 30 tahun dan 35 tahun lalu 45 tahun.
Kesimpulan Riset di Atas
Dari dua riset di atas, maka nampak bahwa usia kritis dalam hidup manusia terjadi menjelang usia 40 tahun, dan itu dimulai dari usia 30an.
Dalil alQuran berbicara tentang Usia 40 tahun
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai 40 tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS Al-Ahqaf: 15)
Al-Qur’an memberikan apresiasi tersendiri terhadap manusia kala mencapai usia 40 tahun yang disebutkan dalam surat di atas. Pastilah bukan hal yang main-main, Allah menyebutkan secara jelas usia manusia yang dimaksud.
Sebenarnya apa maksud Allah Swt menyuruh manusia untuk berdo’a pada usia tersebut. Menurut para mufassir, usia 40 tahun merupakan usia dimana manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosional, karya, maupun spiritualnya.
Orang yang berusia 40 tahun benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan beralih menapaki usia dewasa penuh. Apa yang dialami pada usia ini sifatnya stabil, mapan, kokoh. Perilaku di usia ini akan menjadi barometer pada langkah usia selanjutnya.
Ibnu Katsir berkata, “Siapapun yang telah berumur 40 tahun harus memperbaharui taubat dan bertekad tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, pembahasan surat Al Ahqaf ayat 15)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemah lembutannya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:623)
Al-Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa orang yang telah mencapai usia 40 tahun, maka ia telah mengetahui besarnya nikmat yang telah Allah anugerahkan padanya, juga kepada kedua orang tuanya sehingga ia terus mensyukurinya.
Misi Kenabian Pada Usia 40
Para Nabi alaihimusalaam, mendapatkan Misi Kenabian pada usia 40 tahun, kecuali Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS.
Sebagaimana diterangkan oleh Imam Asy-Syaukani rahimahullah, para ulama pakar tafsir menyatakan bahwa tidaklah seorang nabi diutus melainkan mereka telah berusia 40 tahun. Ayat ini menunjukkan bahwa jika seseorang mencapai usia 40 tahun, ia membaca doa seperti yang terdapat dalam ayat di atas. (Fath AlQadr)
Namun walau mendapatkan Wahyu atau Misi Kenabian pada usia 40 tahun, tetapi kegelisahan, kegundahan, kegalauan dstnya sudah dimulai sejak usia 30an.
Nabi Muhammad SAW, mulai melakukan ‘Uzlah ke Gua Hira sejak usia 37 tahun, beliau gelisah dan gundah dengan berbagai kejahiliahan bangsanya.
Dalam surat Al Ahqaf ayat 15 setidaknya juga terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu
- bersyukur,
- beramal shalih,
- bertaubat, dan
- berserah diri.
Dengan demikian umur 40 tahun dapat dipandang sebagai gerbang pencerahan jiwa, menjadikannya cahaya menuju kehidupan yang lebih mulia. Dalam kehidupan para Nabi, usia 40 tahun adalah usia menemukan MISI HIDUP atau Misi Kenabian.
Pada ayat yang lain, Allah swt. berfirman : “Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempo yang cukup untuk berpikir bagi orang-orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan?” (Q.S. Fathir: 37)
Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempo (tenggang waktu) yang cukup untuk berpikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah kala berusia 40 tahun.
Usia 40 adalah Usia Menemukan Misi Hidup
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.
Usia 40 tahun dengan demikian adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah.
Hal ini sesuai dengan pendapat pakar psikologi seperti Elizabet B. Hurlock, penulis “Developmental Psychology”. Katanya, “masa dewasa awal” atau “early adulthood” terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun.
Inilah tahap usia Young Adulthood, sejak 15 tahun sampai 40 tahun adalah tahap menemukan First Calling atau Misi Hidup.
Selanjutnya adalah masa setengah baya atau “middle age”, yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Ini usia “Middle Scences” tahap menemukan Next Calling.
Dan akhirnya, masa tua atau “old age” dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia.
Nuansa kejiwaan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai “least religious period of life”.
Oleh karena itu, dengan berbagai keistimewaannya, maka patutlah jika usia 40 tahun disebut tersendiri di dalam al-Qur’an.
Di banyak negara ditetapkan, untuk menduduki jabatan-jabatan elit yang strategis, seperti kepala negara, disyaratkan bakal calon harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat sendiri tampak cenderung baru mengakui prestasi seseorang secara mantap tatkala orang itu telah berusia 40 tahun. Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.
Kesimpulan
Pertaubatan, Perenungan dan Penemuan Jati diri atau Menemukan dan menyambut Panggilan harus dimulai pada Usia 30 Tahun dan sebaiknya ditemukan pada usia 40 tahun.
Life begins at 40, but Finding the Mission of Life has begun since 30s.
Kegalauan itu hanya cara Allah agar manusia bersegera bertaubat, berfikir merenung untuk kembali kepada kesadaran perannya di dunia, berusaha menemukan Misi Hidupnya. Allah SWT berbicara kepada kita melalui beragam peristiwa, kesedihan dan kesenangan, dorongan fitrah yang meminta, hati yang menjerit, maupun Kitabullah yang memberi warning atau dipertemukan dengan orang yang mencerahkan atau mensehati dsbnya.
Berapa banyak orang kemudian tumpul mata hatinya, buta mata dan telinganya sehingga tidak menangkap kegelisahan dan kegalauan ini sebagai cara Allah SWT bicara kepadanya untuk menemukan Misi Hidupnya.
Kegegalan menemukan Misi Hidup penyebabnya tentu saja materi dunia yang dikejar yang membutakan, rutinitas dan kenikmatan hidup yang melenakan dan melalaikan, kecanduan dan fanatisme atau kemusyrikan pada makhluk dstnya.
Renungkanlah surat Faathir ayat 37 ini:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صٰلِحًا غَيْرَ الَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup (Usia 40) untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbelajardanbernalar #fitrahbasededucation #pendidikanberbasisfitrah
Reff: