- Dakwah, FBE, IPTEK, Mutiara Pagi

The Intern

#fitrahbasedlife

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

The Intern

Seorang lelaki pensiunan bernama Ben, berusia 70 tahun, baru saja ditinggal wafat oleh istri tercintanya yang telah dinikahinya selama 45 tahun. Baginya istrinya adalah wanita yang luarbiasa, selalu menemukan cara bahagia bahkan di saat sangat sulit sekalipun.

Untuk mengobati dukanya, ia kumpulkan tabungannya dan melakukan perjalanan liburan keliling dunia, namun sejauh apapun ia pergi pada akhirnya ia kembali ke rumah lagi dan menemukan realita bahwa ia harus kembali beraktifitas. Ia tak boleh berhenti memaknai hidupnya dengan memberi manfaat sekecil apapun.

Jadi setiap hari ia usahakan untuk keluar rumah, melihat orang orang yang beraktifitas , mendengarkan percakapan, berdialog dengan teman lansianya dstnya. Sampai suatu hari ia menemukan brosur program senior internship, yaitu program pemagangan lansia professional minimal usia 65 tahun.

Ini adalah program pemerintah yang mewajibkan perusahaan perusahaan untuk mempekerjakan para senior professional di atas usia 65 tahun. Riset membuktikan bahwa keberadaan para senior professional ini konon membantu perusahaan untuk berkembang lebih cepat. Pengalaman yang panjang para senior ini diharapkan bisa memberikan “wisdom” atau kearifan dalam sudut pandang berbeda.


Ben dengan penuh semangat melamar ke perusahaan perusahaan millennial, yang CEO nya anak anak muda berusia 20 – 30 tahun, yang tak menerima lamaran via CV tertulis tetapi via video yang diunggah ke youtube dan dikirimkan linknya.

Singkat cerita Ben akhirnya diterima magang di sebuah perusahaan butik baju wanita online yang sedang berkembang pesat. Perusahaan ini dirintis oleh seorang wanita muda, dalam beberapa bulan memiliki 25 karyawan, dan kemudian hanya dalam 18 bulan memiliki 236 karyawan, dan kini menjadi 240 karyawan ditambah 4 kaywan magang termasuk Ben.

Awalnya Ben dipandang sebelah mata, ia dulu hanya mantan manajer sales n production dan QC dari perusahaan pembuat buku telepon yang kini sudah bangkrut, karena siapa lagi hari ini yang butuh buku telepon dan siapa yang butuh Ben dengan pengalaman seperti itu. Ben tetap percaya diri, ia konsisten, ia pegang prinsip hidupnya, “lakukanlah yang baik, maka pasti baik hasilnya”

Ben telah bekerja dengan tekun di perusahaan pembuatan buku telepon selama 30 tahun sampai pensiun, ternyata walau skill n knowledge nya tak dibutuhkan di perusahaan millennial, yang semuanya serba digital, serba cepat, serba santai dalam berpakaian, serba banyak perayaan atas setiap keberhasilan, namun wisdom yang didapat Ben sangat dibutuhkan.

Ben seolah menjadi “Paman” bagi semua orang di kantor, ia membantu menyelesaikan hampir semua masalah anak anak muda di sekitarnya, sejak masalah melamar, perselisihan dengan pasangan, baju pertunangan, sampai mencarikan kos kosan.


Ben, bisa melakukan banyak hal seperti di atas, membantu teman teman muda sekitarnya, karena ia ditugaskan magang pada Jules, sang CEO, wanita muda, tangguh dan gigih, pendiri perusahaan tersebut, dan Jules tak pernah memberikan tugas apapun pada Ben, karena ia merasa apa yang bisa dilakukan seorang tua berusia 70 tahun.

Satu satunya tugas yang pernah diberikan padanya adalah membawa jas nya Jules ke binatu karena terkena Saus. Ben lakukan dengan tanpa terpaksa, sesuai motto hidupnya, lakukanlah hal yang baik, maka akan menjadi baik.

Sekretaris Jules mewanti wanti bahwa boss nya itu tak suka orang yang lama bicara, bicara singkat saja, jelas apa yang mau dilakukan, tak suka bertele tele, dan lebih tak suka ada menatapnya tanpa berkedip. Ben melakukan itu sejak hari pertama bertemu, bahkan walau tak ada pekerjaan apapun yang diberikan Jules, ia selalu datang tepat waktu dan pulang paling akhir setelah Jules beranjak pulang.

Jules, sang CEO ini sebenarnya tidak suka ada tumpukan barang dan dokumen berantakan di atas meja, namun gaya perusahaan millennial memang nampak berantakan, semua bekerja dengn target, kerapihan menjadi tak terlalu penting, sama dengan gaya berpakaian mereka.

Sementara Ben, tetap dengan Old Style nya, berdasi dan berjas, selalu melihat kerapihan dalam segala hal, membantu masalah sekitar padahal tak ada hubungan dengan pekerjaan. Akhirnya tanpa disuruh, Ben merapihkan sebuah sudut yang sangat berantakan, tempat para millennial menumpuk dokumen dsbnya.

Keesokan harinya, Jules terpana, sudut berantakan itu tiba tiba menjadi rapih dan bebas dari tumpukan barang barang dan dokumen tak jelas. Jules langsung membunyikan lonceng pengumuman, memberikan ucapan selamat kepada Ben. Jules mulai melirik Ben.


Tanpa sengaja dari jendela lantai atas kantornya Ben melihat sopir Jules meminum sesuatu. Ia curiga sopirnya Jules tak sedang fit menjadi sopir hari itu, lalu ia melihat Jules nampak mau pergi ke luar, namun tertahan di lift. Ben mendahului, ia turun dan menemui sopir itu dan menawarkan diri menjadi penggantinya.

Akhirnya Ben menjadi sopir nya Jules hari itu. Ia tak merasa sungkan, walau mantan manajer, dengan kehidupan yang mapan dan jauh lebih senior. Ben melaksanakan tugasnya sebagaimana sopir biasa, menunggu di parkiran, membelikan makanan hangat, melayani sepenuh hati.

Dari seringnya mengantar Jules, ia akhirnya tahu bahwa di balik ketangguhan dan kesuksesan Jules, wanita ini punya banyak masalah. Masalah Jules dengan ibunya yang selalu menjawab “yup” ketika Jules mengatakan “Love You Mom” di setiap akhir telepon. Ibunya selalu sibuk menceritakan dirinya ketika di telepon, hanya menelpon untuk itu.

Jules juga punya masalah tidur, sering tertidur di mobil dengan dengkur yang keras. Punya masalah ketakutan menerima CEO di perusahaan, karena ia merasa hanya dia yang paham A-Z perusahaan yang didirikannya.

Masalah lainnya adalah suaminya yang mengalah pada karir Jules, dan menjadi Ayah Rumahan yang mengurusi anak mereka seharian. Walau suaminya nampak menikmati perannya sebagai bapak rumah tangga, sangat telaten mendidik anaknya, mengurus rumahtangga, membuat sarapan dll namun Ben tanpa sengaja melihat suami Jules berselingkuh.

Jules ternyata membutuhkan sosok bijak seperti Ben, yang senantiasa memberikan nasehat dan semangat dari orangtua dan suami, yang ia tak dapatkan selama ini. Jules boleh jadi wanita tangguh dalam bisnis namun ia rapuh apabila tak mendapatkan sosok keayahan seperti Ben.


Tiga tokoh utama dalam film intern di atas, memberikan pelajaran yang penting tentang usia pensiun, kearifan orangtua, bisnis keluarga, peran suami dan peran istri di era digital, dstnya. Sesungguhnya ini semua adalah tentang menjalani kehidupan bahagia sesuai fitrah, menjalani peran peran sesuai fitrah.

Bahwa akhir usia, bukanlah saatnya berlibur menghabiskan pensiun, tetapi terus bergerak menebar manfaat. Jangan pernah berfikir bahwa pensiun itu menikmati harta, leyeh leyeh, travelling dll karena semua itu hanya kebahagiaan semu. Atau jangan menduga bahwa pensiun itu mandeg pandhito, bersemayam di kuil untuk beribadah ritual semata, atau menghabiskan waktu dengan hal hal rutin yang sedikit bermakna. Masa 40 tahun ke atas adalah masa pacuan amal menuju Keridhaan Allah dengan menebar banyak manfaat dan menuntaskan misi hidup.

Bahwa setangguh apapun seorang wanita dalam karir, ia tetap butuh dan harus menjalankan peran fitrah keibuannya. Ia tetap butuh pemimpin yang mendengarkan gelisahnya, memandu perjalanannya dstnya. Ia tak akan memperoleh kebahagiaan jika tak mampu memadukan peran peran atas fitrahnya.

Bahwa seikhlash apapun seorang suami mendukung perjuangan istrinya dalam karir, ia tetap suami yang menjadi imam dalam keluarga, yang harus diberikan ruang untuk memainkan peran fitrah keayahannya. Sang suami tetap membutuhkan istri yang menjadi pendampingnya dengan segala kelembutan dan cintanya

Bahwa bisnis keluarga harus berangkat dari misi keluarga, yang merupakan panggilan langit untuk menyeru kebenaran atau melakukan perubahan yang Allah ridhai agar tidak menjadi obsesi dunia yang malah akan memisahkan pernikahan karena kehampaan setelah semua tercapai atau bahkan gagal tercapai.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasedlife

Sumber:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.