Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Semua tentang Menegakkan Peradaban yang Allah Ridhai
Kita dihadirkan ke dunia dengan maksud penciptaan (purpose of creation) yang teramat jelas yaitu untuk beribadah kepada Sang Pencipta, Allah SWT, semata, ini berlaku untuk semua makhluk, suka maupun terpaksa, tiada pilihan. Maksud penciptaan untuk menghamba ini sepenuhnya otoritas Allah.
Namun bagi manusia, the purpose of creation atau the purpose of life bukan hanya itu, khusus untuk manusia, ada maksud khas (extra ordinary purpose) yaitu Allah bermaksud menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, menjadi representasi atau wakil Allah di muka bumi. Subhanallah.
Maksud atau purpose di atas adalah maksud kolektif berlaku untuk semua manusia, namun secara individual, setiap manusia untuk mencapai maksud atau purpose di atas, maka manusia diberikan Allah Tugas Spesifik masing masing, yang akan menjadi Tugas Hidupnya selama di dunia.
Itu karena setiap maksud penciptaan pasti menghendaki adanya Tugas atau Peran atau Fungsi spesifik. Misalnya kita bermaskud membuat pesawat terbang dan kapal laut untuk mengangkut manusia dan barang, namun walau maksudnya sama, tetapi pesawat terbang dan kapal laut memiliki tugas atau peran atau fungsi yang secara spesifik berbeda.
Begitupula setiap manusia, mereka memiliki maksud penciptaan yang sama, namun memiliki tugas spesifik atau peran spesifiknya masing masing yang berbeda.
Dan apabila Tugas Spesifiknya tuntas dijalankan (accomplished) maka tercapailah maksud penciptaan. Sulit dikatakan kita adalah hamba Allah atau beribadah kepada Allah apabila Tugas spesifik atau Peran Spesifik belum dilakukan.
Tugas Spesifik adalah Peran Peradaban
Peradaban atau orang barat menyebutnya Civilization, dalam perspektif Islam disebut dengan hadhoriyah atau tsaqofah atau ada juga yang menyebutnya madani. Peradaban dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Adab, karenanya inti peradaban adalah adanya bangsa atau ummat atau masyarakat yang beradab (civilized society atau civilized community)
Beda hadhoriyah dengan tasqofah adalah, bahwa pada ghalibnya, setiap bangsa punya tsaqofah (kebudayaan), namun yang dimaksud hadhoriyah hanyalah satu yaitu peradaban di bumi yang Allah ridhai yang menaungi tugas tugas spesifik peradaban atau peran peran spesifik peradaban di dalamnya. Hadhoriyah dalam makna ini sama dengan makna Madani. Hadhoriyah sering juga dimaknakan sebagai pertemuan atau naungan dari tsaqofah tsaqofah.
Madani sendiri berasal dari kata Dain yang berarti hutang. Bahwasannya kita semua, secara individual punya hutang untuk menunaikan tugas spesifik peradaban atau peran spesifik peradaban selama kita hidup di dunia yang dengan peran spesifik individual itu itu kita harus memberikan kabar gembira dan peringatan (bashiro wa nadziro) atau making solution n problem solving. Semua kabar gembira dan peringatan itu harus menjadi rahmat bagi semesta.
Secara kolektif atau komunal, hutang peradaban ini adalah hutang ummat Islam khususnya bagi dunia untuk menjadi the best model (khoiru ummah) dan wasit dunia (ummatan wasathon), dengan perkataan lain bahwa sebuah peradaban Islam itu punya hutang besar untuk memberi kontribusi terbaik bagi dunia sehingga dunia lebih damai dan hijau lestari lalu Allah menjadi ridha.
Dari berbagai makna di atas bisa disimpulkan bahwa sebuah peradaban harus dihuni oleh manusia beradab yaitu manusia yang bermartabat dan berderajat yang diukur dari banyaknya manfaat dan kontribusi bagi dunia dengan peran spesifik peradabannya itu.
Melahirkan Tugas Spesifik atau Peran Spesifik Peradaban
Agar manusia menemukan dan menjalani tugas spesifik peradaban (daurul hadhoriyah) maka manusia diberikan 4 konsepsi atau 4 unsur peradaban sebagai bekalnya. Manusia sendiri adalab aktor peradaban yang menjadi inti keseluruhan pembahasan tentang peradaban.
Ke empat konsepsi atau unsur peradaban ini, yaitu keunikan fitrah yang diinstal dalam diri tiap manusia, keunikan alam dimana ia ditakdirkan lahir, keunikan kehidupan, masyarakat dan zaman di saat atau di abad ia ditakdirkan hidup. Lalu Kitabullah yang memandu 3 potensi lainnya agar peran spesifik peradabannya berjalan sesuai tahap, berkembang dengan sempurna, indah dan berbahagia.
Tentu untuk mencapai peran spesifik atau tugas spesifik peradaban, maka ke empat konspesi peradaban perlu dibangkitkan, ditumbuhkan, diinteraksikan agar menjadi potensi, kemudian ditempa dalam realita kehidupan sehingga menjadi eksistensi peran sehingga pada akhirnya memiliki tugas spesifik atau peran spesifik peradaban.
Karenanya keunikan fitrah manusia itu seperempatnya diturunkan secara genetik agar bisa melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya (regeneration), seperempatnya lagi dipersiapkan untuk hidup di kekhasan alam dimana manusia dilahirkan, seperempatnya lagi dipersiapkan untuk hidup dalam kekhasan zamannya dengan segala pengetahuan dan teknologi yang ada pada zamannya, kemudian seperempatnya lagi dipersiapkan untuk menerima Kitabullah atau Dienullah.
Untuk melahirkan Tugas Spesifik Peradaban maka kuncinya adalah pendidikan peradaban yang mampu mengantarkan manusia dengan menginteraksikan ke empat bekal peradabannya itu sehingga mencapai tugas spesifik atau peran spesifik peradabannya.
Pendidikan Peradaban
Semua sepakat bahwa kunci kebangkitan peradaban adalah pendidikan, namun pendidikan yang seperti apa? Pendidikan yang berbasiskan apa? Siapa yang punya otoritas dan otentisitas dalam mendidik? dstnya.
Kesalahan terbesar adalah menyamakan pendidikan dengan persekolahan, sehingga orientasi nya menjadi salah. Apalagi persekolahan yang konsep dan keilmuannya dibangun oleh kolonialisasi, yaitu penguasaan ilmu untuk memperoleh ijasah, pacuan kepintaran dan kecerdasan, perlombaan untuk mengisi pabrik dan perkebunan, mengejar karir dan mencari nafkah dstnya.
Maka kesalahan terbesar kedua adalah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak anak kita pada sistem persekolahan yang seperti di atas.
Kesalahan terbesar ketiga adalah kebanyakan sekolah sekolah Islampun terjebak pada mengekor sistem sekular, kurang riset mendalam tentang islamic worldview pendidikan Islam dsbnya. Maka Islam hanya menjadi casing, hanya kontennya saja Islam, namun mindset, orientasi dan platformnya adalah materialisme dan sekularisme sebagaimana sistem persekolahan yang diwariskan kolonialisme.
Anak anak muslim hanya diajarkan agama banyak banyak, dihafizhkan alQuran dstnya namun tidak diantarkan kepada peran spesifik peradabannya, cuma melayang layang mengais upah. Sekolah Islam hanya jargon, kenyataannya integrasi islam dan sains tak pernah terjadi, yang ada selama puluhan tahun hanyalah akumulasi kurikulum agama dan kurikulum umum yang membebankan siswa dan tak melahirkan peran peradaban apapaun, itu diantaranya karena tak pernah melakukan riset mendalam tentang pendidikan dan peradaban.
Persekolahan Islam yang mengekor sistem persekolahan barat, jelas hanya melahirkan orang “shalih” dan pintar namun tak mengenal fitrah diri dan tak menjadi dirinya sendiri atas fitrahnya sehingga tak memiliki peran spesifik peradaban yang memberi solusi dan kontribusi bagi peradaban. Secara kolektif, tak mampu membayar hutang atau tugas peradaban bagi dunia, karena secara individual tak memiliki peran spesifik peradaban sebagai hasil dari pendidikan peradaban yang benar.
Pendidikan Islam seharusnya adalah pendidikan peradaban, yang mampu menginteraksikan dan mengintegrasikan unsur peradaban sehingga melahirkan peran peran spesifik peradaban.
Peradaban yang Allah Ridhai
Peradaban (hadhoriyah) sesunggunya hanya satu, yaitu peradaban Islam. Sebagaimana Islam adalah agama yang Allah ridhai, maka peradaban Islamlah yang Allah ridhai. Namun hadhoriyah yang tunggal itu bukanlah imperium yang menjajah dan menaklukkan bangsa bangsa lalu memaksa semua manusia masuk Islam, bukan!
Hadhoriyah ini adalah konsorsium yang menaungi kemuliaan dan keunikan tsaqofah tsaqofah bangsa bangsa yang memiliki orientasi Islami, yaitu melahirkan peran peran spesifik peradaban terbaik sesuai fitrahnya dan dipandu Kitabullah sehingga mampu membayar “hutang” berupa pemberian kontribusi terbaik dan rahmat bagi dunia dan semesta sehingga dunia menjadi semakin damai dan hijau lestari, dan Allah menjadi ridha.
Lalu Allah akan menilai setiap kita dari seberapa besar manfaat dan kontribusi kita atas peran spesifik atau tugas spesifik peradabannya masing masing.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
Sumber: