Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Sekolah Menengah: Tazkiyah sebelum Ta’lim dan Ta’dib
Banyak pendiri dan praktisi sekolah menengah (smp dan sma) merasa dan melihat sebagian besar siswa yang masuk di sekolahnya “bermasalah”. Ini terjadi baik di sekolah berasrama maupun biasa.
Siswa siswi ini sebenarnya bukan bermasalah, mereka hanya tiba di sekolah ketika ada banyak fitrah yang tak selesai bersama orangtuanya. Tentu dampaknya mudah ditebak, sekolah jadi tempat cuci piring atau bengkel atau penitipan mirip Laundry atau tempat sterilisasi IGD Nahi Munkar dstnya.
Umumnya sekolah menyelesaikannya dengan 2 hal instan atau shortcut, menggembleng akhlak agar segera patuh dengan beragam aturan dan langsung loncat memacu menjejalkan banyak pelajaran. Lalu merasa baik baik saja.
Apa yang terjadi kemudian? Walhasil, lahir robot taat yang jika di luar sekolah banyak berkhianat. Keluhan “Libur Syariah” anak anak yang liburan dari pondok terjadi dimana mana.
Contohnya, seorang ibu mengeluhkan anaknya yang Aliyah sudah hafal 19 Juz alQuran dan nilai akademis sangat baik, selama liburan sholatnya robotik mekanistik dan full bermain games seharian selama liburan. Seorang ayah juga mengeluhkan anaknya yang Tsanawiyah sudah hafal 5 juz alQuran namun terpapar Narkoba dstnya.
Sesungguhnya baik siswa bermasalah maupun tidak, harus dikembalikan, dikuatkan dan disadarkan dahulu semua konsepsi fitrahnya di awal bersekolah, baik konsepsi tentang dirinya, konsepsi tentang Tuhannya, konsepsi tentang waktu kehidupan dan zaman serta manfaat apa ia dalam rentang waktu dan zaman itu, konsepsi tentang alam dan ilmu dimana ia menjadi bagian dari semesta, konsepsi tentang peran kelelakian atau peran keperempuanan dstnya.
Tanpa konsepsi fitrah yang tumbuh utuh, maka siswa dianggap belum punya kekuatan ghirah dan antusiasme yang cukup untuk siap menerima pelajaran atau program belajar apapun. Apabila langsung meloncat kepada penggemblengan akhlak atau adab plus dijejalkan pelajaran apalagi berjibun, maka kelak lahir generasi yang robotik mekanistik tanpa ghirah dan antusias
Maka penting di awal semester untuk melakukan pemetaan seluruh aspek fitrah agar sekolah dan guru memahami secara mendalam profile fitrah setiap siswanya kemudian merancang program pendek untuk mempersiapkan ghairah atau antusiasme siswa yang berangkat dari dalam diri siswa itu sendiri (intrinsic motivation).
Diantara intrinsic motivation atau motivasi dari dalam diri, selain memetakan fitrahnya adalah membantu siswa merancang kehidupannya (life design) dengan sempurna. Sibukkan mereka dengan kebaikan dan cahayanya.
Tanpa intrinsic motivation (niat yang kuat) maka semua upaya hanya sia sia, hanya pacuan yang tak kemana mana dan hanya melahirkan robot robot yang beramal mekanistik tanpa ghairah dan spirit. Itu artinya kebangkitan generasi hanya ilusi.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah