- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Parental Engagement – Sinergi Penerapan FBE antara Rumah, Jama’ah dan Sekolah

#fitrahbasededucation

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Parental Engagement – Sinergi Penerapan FBE antara Rumah, Jama’ah dan Sekolah

Di masa sebelum era industri, sekolah sesungguhnya hanya tempat belajar waktu luang ketika anak anak selesai di rumah dan di komunitasnya. Ketika era industri, sekolah diambil alih oleh negara, menjadi public school, untuk kepentingan industrialisasi mengisi pabrik dan perkebunan.

Ketika barat menjajah negeri negeri timur, persekolahan masuk ke negeri negeri timur untuk mencetak pribumi menjadi administrateur dan engineur untuk menjalankan mesin penjajah di negeri jajahan. Pendidikan berbasis komunitas diberangus dianggap sekolah liar, dan pendidikan rumah dimandulkan dengan kemiskinan dan mental inlander.

Itulah mengapa sejak kemerdekaan, banyak sekolah merasa dirinya “produsen” digdaya serba bisa dalam hal mendidik anak, seolah semua subyek pendidikan ingin digenggam, sejak akademis, keterampilan sampai kepada karakter. Orangtua hanya konsumen yang membayar lalu menerima bukti pembayaran (raport) di akhir semester.

Hari ini barangkali tiada sekolah yang berani mengatakan bahwa tanggungjawab pendidikan bisa dipikul dan diselesaikan semuanya sendiri oleh sekolah. Banyak sekolah mulai kewalahan dan mengeluh karena dirinya dijadikan laundry dan bengkel juga sarang komplain.

Di sisi orangtua, walau sebagian orangtua masih mengandalkan sepenuhnya pendidikan anak anak mereka pada sekolah, namun sesungguhnya para orangtua kelahiran 70,80,90an sudah muncul kesadaran mendidik anak sendiri. Mereka sebenarnya sudah tidak percaya bahwa sekolah bisa menjalankan pendidikan sepenuhnya pada anak anak mereka, tetapi mereka sendiri tak yakin juga bagaimana mendidik anak anak mereka sendiri.

Tulisan ini ingin mencari jalan tengah, dengan mengembalikan definisi pendidikan dan peran pendidikan lalu mengembalikan peran pendidikan itu kepada penanggungjawab sejatinya dan distribusi tanggungjawabnya antara orangtua, lembaga persekolahan dan juga komunitas terlibat lainnya.

Fitrah based Education, pendidikan berbasis fitrah, bukan hanya berbicara fitrah anak, tetapi juga fitrah keayahbundaan dan fitrah komunitas juga fitrah lembaga persekolahan termasuk fitrah pendidikan itu sendiri.

Fitrah erat kaitannya dengan kesejatian, atau peran asal dari segala sesuatu. Jadi kembali ke fitrah, dalam skala tertentu adalah kembali atau mengembalikan kepada peran peran kesejatian masing masing.

Tarbiyah, Ta’dib, Adab

Pendidikan dalam Islam itu meliputi 3 hal, yaitu tarbiyah, ta’dib dan ta’lim. Tarbiyah itu merawat dan menumbuhkan fitrah, Ta’dib itu memuliakan atau menanamkan adab, sedangkan Ta’lim itu mengajarkan Ilmu (Kitab dan Hikmah).

Urutannya tentu Tarbiyah dan Ta’dib, baru kemudian Ta’lim. Dalam bahasa alQuran istilah Tarbiyah dan Ta’dib disebut sebagaiTazkiyah sebelum Ta’lim (QS 62:2), atau Fitrah dan Adab sebelum Ilmu.

Sejatinya Fitrah, Adab dan Ilmu itu amanah orangtua lalu dilanjutkan oleh komunitas. Sekolah atau Lembaga melanjutkan dan menuntaskan Adab dan Ilmu.

Sederhananya begini, jika anak kita ingin menjadi Ahli Hadits, sementara kita bukan pakar hadits, maka menitipkan anak pada Ulama atau Ahli Hadits untuk diajarkan (ta’lim) ilmu hadits adalah keharusan, namun menumbuhkan ghairah dan kecintaan anak (tarbiyah) pada Rasulullah SAW dan para SahabatNya, bergairah untuk menjalankan sunnahnya, serta menanamkan Adab agar anak kita beradab (ta’dib) pada Rasulullah SAW, para Sahabatnya, serta basic keilmuannya adalah tanggungjawab orangtua.

Persekolahanlah dan lembaga yang banyak mengajarkan atau melanjutkan pengajaran. Sementara Orangtua tidak banyak mengajar, hanya membangun gairah dan kecintaan serta pengajaran dasar. Sementara komunitas menyediakan sumberdaya ilmu dan hikmah serta tokoh teladan yang dibutuhkan.

Bayangkan, kelak para guru, ustadz, pakar dll di sekolah, sungguh akan sangat mudah memberikan pengajaran skill & knowledge tingkat menengah dan lanjut apabila anak anak sudah sangat bergairah dan jatuh cinta pada ilmu atau subyek yang akan diajarkan.

Maka ada sinergi antara Rumah, Sekolah dan Jama’ah, dengan pembagian peran yang jelas dan utuh.

Parental Engagment Program

Oleh karena itu perlu disadari bahwa penerapan program penglibatan orangtua dalam pendidikan tidak bisa diabaikan lagi oleh sekolah maupun lembaga. Tentu bukan sekedar diharapkan kehadirannya dalam komite, namun keterlibatan penuh untuk ikut masuk dalam mendidik bahkan sejak mengambil keputusan, merancang sampai kepada membantu memberikan pengajaran yang dibutuhkan di ruang kelas maupun di luar kelas (jaringan komunitas orangtua).

Riset membuktikan bahwa apabila Orangtua banyak dilibatkan dalam pendidikan atau bisa bersinergi dengan perannya, maka ditemukan bahwa prestasi anak akan meningkat, suasana sekolah jadi ramah anak dan sangat hommy, bully menurun, kinerja guru meningkat dstnya.

Roadmap Parental Engagement Program.

Tentu saja, tak semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa melibatkan orangtua secara intensif. Sekolahpun atau pihak lembaga harus mampu membuka diri, berhenti menjadi produsen, jadilah mitra pendidikan bersama membangun peradaban.

Secara umum tahapan melibatkan orangtua adalah sbb

  1. Melakukan penyadaran intensif akan peran orangtua dalam mendidik fitrah anak dan sekolah tidak mungkin berjalan sendiri,
  2. Memilih orangtua yang sudah “sadar” untuk menjadi motor perubahan, dan pengambil keputusan
  3. Menyepakati pembagian peran mendidik antara orangtua dan guru melalui musyawarah
  4. Memfasilitasi setiap orangtua untuk mampu merancang “personalized curriculum” untuk setiap anaknya melalui workshop
  5. Mengintegrasikan personalized curriculum dengan class curriculum melalui workshop
  6. Membuat ukuran ukuran evaluasi keterlibatan orangtua sehingga bisa dievaluasi dan diperbaiki secara berkelanjutan
  7. Melibatkan orangtua sebagai resources pembelajaran, misalnya volunteer dalam bidang pengajaran tertentu atau akses jaringan
  8. Membuat jalur komunikasi yang intensif sehingga dapat saling memberikan informasi dan umpan balik
  9. Memulai keterlibatan orangtua dalam proses mendidik dari yang sederhana dan perlahan meningkat
  10. Membangun kultur kerjasama dalam suasana kebersamaan komunitas yang kolaboratif saling menasehati (bukan produsen dan konsumen) dalam rangka membangun peradaban bersama untuk generasi peradaban terbaik

Selamat menjalani dan menerapkan FBE secara bersama dan bersinergi agar menjadi orangtua, pendidik dan lembaga pendidikan masa depan yang mampu membangun peradaban bersama dengan peradaban peradaban terbaik.

Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation

Sumber:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.