- Dakwah, FBE, IMTAQ, IPTEK, Mutiara Pagi

Nabi Ibrahim AS berdoa

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Nabi Ibrahiem AS berdoa

“Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Utusan dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” — Al-Baqarah 2:126-129

Allah SWT mengkoreksi doa Ibrahiem AS,

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” — AlJumuah 62:2

Perhatikan urutan doa Nabi Ibrahiem AS tentang misi keluarganya: Membacakan ayat ayatNya, Mengajarkan, Mensucikan.
Perhatikan bagaimana Allah SWT mengkoreksi doa Nabi Ibrahim AS: Membacakan ayat ayatNya, Mensucikan, Mengajarkan

Allah SWT ingin mengajarkan kepada Nabi ibrahiem AS dan kita semua tentang misi Kenabian dalam proses pendidikan, bahwa tiada pengajaran (Ta’lim) yang tak dimulai dengan proses pensucian (Tazkiyah). Tak ada proses outside in, tanpa diawali proses inside out.

Yatlu Alaihim Ayatihi

Pensucian itu tentu diawali dengan penyampaian atau perenungan konsep tentang hakikat kebenaran yaitu berupa ayat ayat Allah, namun itu bukan proses pengajaran, karena pengajaran dijelaskan dalam ayat di atas, dilakukan setelah proses pensucian. Penyampaian ayat itu lebih kepada tugas seorang Nabi SAW untuk menyampaikan.

Yuzakihim

Proses pendidikan sendiri dimulai pada proses Tazkiyah. Pensucian (tazkiyah) ini dijelaskan dalam beberapa tafsir sebagai proses pemurnian aqidah atau keimanan, ini juga adalah proses pendidikan dalam makna tarbiyah yaitu untuk membangkitkan, menumbuhkan atau mensucikan kembali fitrah manusia sebelum masuk ke tahap pengajaran.

Fitrah itu cahaya, ia akan mampu menerima cahaya Allah (cahaya di atas cahaya) jika fitrah itu bersinar. Fitrah yang tertutup atau tercover akan sulit menerima cahaya. Maka proses tazkiyah ini adalah proses pensucian kembali fitrah agar dapat menerima pengajaran.

Yu’alimunal Kitaaba wal Hikmah

Setelah proses tazkiyah maka baru proses ta’lim, yaitu proses pengajaran Kitab dan Hikmah. Pengajaran (ta’lim) pun sesungguhnya tak melulu proses pengisian yang bersifat searah, bahkan lebih banyak proses penyadaran dan pengujian melalui celah celah peristiwa atau pengalaman (experiential learning).

Melihat proses turunnya alQuran kita dapat segera paham bahwa turunnya ayat selalu diawali dengan peristiwa tertentu, kemudian Allah SWT memberikan rahasia rahasia bagaimana seharusnya bersikap, bagaimana seharusnya mengelola nalar dan kejiwaan terhadap sebuah peristiwa.

Sebagai contoh bagaimana Allah SWT mengajarkan para Sahabat bagaimana bersikap atas kekalahan pada Perang Uhud. Kepada orang orang yang kalah perang ini, Allah SWT tidak ingin mereka terpuruk dalam kesedihan mendalam, tetapi membawa kejiwaan dan nalar mereka untuk melihat siklus kekalahan dan kemenangan sebagai aturan yang biasa saja. Allah SWT memaparkan rahasia syarat syarat kemenangan dan kekalahan dstnya. Inilah kemudian yang mengkonstruksi nalar dan kejiwaan para Sahabat untuk menghadapi masa masa sesudahnya.

Namun demikian jika fitrah para Sahabat tidak disucikan dahulu sehingga menjadi gairah dan antusias belajar dan bernalar, ghirah dan antusias kecintaan mendalam kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, kepada Islam maka proses pengajaran di ataspun akan menemui kendala untuk menyerap Kitab dan Hikmah.

Fenomena Hari Ini

Pendidikan hari ini selalu langsung meloncat bicara pengajaran, selalu berpusat pada konten pengetahuan yang harus dijejalkan, sehingga tidak pernah peduli pada proses pensucian. Device device nya termasuk fitrah fitrah manusia tidak disucikan dahulu untuk menerima pengajaran Kitab dan Hikmah.

Ilmu agama langsung diajarkan tanpa mensucikan atau menumbuhkan fitrah keimanan lebih dahulu. Agama diukur dari jumlah hafalan ilmu agama dan angka angka mampu menjawab soal ujian agama. Walhasil munculah generasi yang berkepribadian ganda, beragama tetapi tak beraqidah, ilmu agama segudang namun tak punya karya solutif di masyarakat bahkan ironisnya rajin haji tetapi rajin korupsi, giat bersedekah tetapi juga giat menjarah uang rakyat dstnya.

Misalnya, belajar menjadi orangtua juga bukan diawali dari menerima pengajaran parenting dan menelan banyak banyak ilmu parenting, tetapi dengan melakukan proses tazkiyatunnafs atau pensucian diri atau upaya mengembalikan fitrah keyahbundaan kita, upaya menajamkan kembali naluri, intuisi, firasat dan nurani.

Pengajaran ini bukan hanya ilmu akademis umum dan agama juga terkait pengajaran etika atau adab. Kemudian adab pun dimasukkan sebagai bagian dari pengajaran berupa pengetahuan yang dihafalkan atau sikap yang dibangun dari pembiasaan, reward n punishment, over stimulus, mass conditioning dstnya namun bukan kesadaran.

Pendidikan sebagai pengajaran an sich inilah yang kemudian kita kenal dan namai sebagai persekolahan dan dianggap pendidikan itu sendiri, dan pengajaran itu dimulai sejak pendidikan anak usia dini. Itulah mengapa banyak PAUD berubah menjadi SAUD (sekolah anak usia dini) yang berisi pengajaran konten bukan penumbuhan fitrah dengan utuh. Itulah mengapa kita banyak yang berfikir bahwa pendidikan adalah menyiapkan professor sejak taman kanak kanak.

Ketika ada yang mengajak, mari kita sucikan dan tumbuhkan fitrah anak anak kita dahulu sebelum pengajaran, maka dahi mereka berkernyit tidak paham atau gagal paham. Padahal jelas bahwa pendidikan selalu dimulai dari tazkiyah atau tarbiyah baru kemudian ta’lim.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.