Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Mencari Arsitek Peradaban #1
Beberapa hari saya di Bandung, bersama pakar, professor, doktor, dosen peneliti dan pemikir dari berbagai pusat kajian pemikiran Islam di seluruh Iindonesia termasuk dari Malaysia, Singapura dll untuk bersama melakukan konferensi internasional Islamic Worldview dan Civilization, bertajuk “Rekonstruksi Peradaban melalui Pengukuhan Pandangan Alam Islam”.
Saya sendiri bukan doktor, professor, dosen dalam pemikiran Islam, namun saya datang sebagai professional knowledge management dan penggagas pendidikan berbasis fitrah dan kehidupan berbasis fitrah.
Walau background saya matematika dan IT, namun bagi saya kajian bidang pemikiran Islam, sejarah dan peradaban bukan saja sangat menarik tetapi “cinta banget”, apalagi saat ini saya peneliti mandiri untuk konsep pendidikan peradaban yang kemudian bagiannya adalah fitrah based education.
Saya memerlukan pandangan menyeluruh dari para pakar tentang big picture peradaban, pandangan alam Islam (islamic worldview), peradaban peradaban Islam yang termashur masa lalu yang bisa dijadikan model, kemudian bagaimana islamic worldview membantu dalam merancang atau merekonstruksi model peradaban Islam yang cocok untuk masa kini dan bagaimana kemudian interaksi interaksinya dengan peradaban lain.
Malam ini tiga orang doktor pembentang atau pembicara, dan dua professor pengarah (aluan) sudah memaparkan fikiran fikirannya sebagai pembuka jalannya konferensi..
Pengarah pertama memaparkan bagaimana sejarah gerakan intelektual (bukan politik kekuasaan) dimulai tahun 1973, ketika 300 pemikir Islam di seluruh dunia berkumpul di Mekah alMukaromah. Lalu gerakan ini meluas dan menebarkan gagasan gagasannya, terutama gagasan Prof Syed Naquib alAttas yang kini pengikutnya disebut Altasian. Paparan awal ini meluruskan niat peserta tentang motif gerakan intelektual dan orientasi konferensi saat ini.
Kemudian karena tajuk konferensi adalah “merekonstruksi peradaban….” maka juga dipaparkan tentang istilah dynamic stabilism, hukum tetap dan hukum berubah yang berlaku dalam sejarah peradaban Islam sepanjang sejarah. Bahwasannya ada hal hal yang tetap (dawabith) dan ada hal hal yang berubah (mutaghoyirat) dalam peradaban.
Pengarah kedua, juga menyampaikan arahan bahwa ummat hari ini bukan lagi raksasa yang tertidur dan jangan diusik (Arnold Toynbe) tetapi raksasa yang sudah bangun, namun lupa jatidirinya, bingung mau kemana. Itulah diperlukannya sebuah model baru atau rekonstruksi peradaban, tentunya berdasarkan Islamic Worldview yang menjadi pegangan para Altasian di konferensi ini. Karya Prof Syed Naquib alAttas tentang Islam and Secularism menjadi sangat fenomenal dan semakin kekini semakin menemukan kebenarannya bahwa kerusakan ummat karena kerusakan dalam ilmu dan adab.
Tiga pembicara atau pembentang kemudian memaparkan masing masing satu jam, tentang konsep taa’dib dan model pendidikan Islam yang diterapkan saat ini, baik di Indonesia, Singapura juga Malaysia. Yang membuat saya sangat surprise dan bahagia, semua pembicara menekankan konsep Fitrah atau The Islamic concept of Human Nature dalam pendidikan. Baik model peradaban, model pendidikan, model perubahan sosial pada akhirnya harus kembali kepada pemahaman yang benar tentang konsep kejadian asal manusia (human nature). Pemahaman yang salah atau keliru tentang konsep human nature (fitrah), akan menyebabkan buruknya rekonstruksi model dan penerapannya.
Seorang penanya wanita, membuat saya semakin bahagia, ia melakukan penelitian di kampus bahwa mahasiswa eks sekolah Islam hanya 10-20% yang bisa bertahan jadi aktifis di kampus. Lagi lagi diutarakan bahwa pengajaran agama Islam di sekolah Islam tak diiringi penumbuhan fitrah dan konsep fitrah yang benar dalam pendidikan. (Setelah ia selesai bertanya, saya acungkan jempol. Subhanallah ternyata ia mengatakan bahwa sedang mendalami buku FBE, alhamdulillah).
Dari semua pembahasan itu saya semakin yakin bahwa ummat perlu menyamakan pemahaman tentang konsep human nature (fitrah), konsep adab dan konsep ilmu serta kaitan ketiganya, termasuk kemudian pemahaman dan perbedaan tentang konsep tarbiyah, ta’dib dan ta’lim dalam tahapan pendidikan anak maupun pendidikan dewasa.
Dan saya semakin yakin bahwa ummat ini memerlukan arsitek peradaban, yang merancang model peradaban, dengan menstrukturkan berbagai pemikiran Islam yang benar dari para pakar sehingga menjadi platform dan framework (kerangka kerja) menegakkan peradaban.
Model peradaban ini tentunya akan diturunkan atau dibreakdown menjadi model pendidikan yang akan menegakkan peradaban itu sendiri. Maka juga penting dimasukan di dalam framework dengan tujuan membangun peradaban untuk melakukan Islamization knowledge atau classification of knowledge (marotibul ilmu) sebagai fondasi fakultas dan inovasi terus menerus.
Memang pada kesimpulannya, ketika ingin menegakkan peradaban maka yang perlu dibereskan di awal adalah model pendidikannya, dan model pendidikan tergantung dari model peradaban yang mau dibangun. Dan model peradaban memerlukan Arsitek Peradaban!
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
Sumber: