- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Mana Cinta Tanah Airmu?

#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Mana Cinta Tanah Airmu?

Bisakah cinta tanah air dibangun dengan pembiasaan berdiri setiap upacara senin menghadap ke tiang bendera, menghormati sang saka merah putih?

Bisakah cinta tanah air dibangun dengan mass conditioning, berupa gerakan masal menyanyikan Indonesia Raya dengan berusaha khusyu mengenang arwah para pahlawan yg telah berkorban atau mengenang kejayaan bangsa Indonesia di masa lalu atau membayangkan keindahan dan kekayaan nusantara?

Bisakah cinta tanah air dibangun dengan gerakan nasional yang mewajibkan penataran P4 100 jam, 200 jam dstnya seperti di zaman Orde Baru sebelum reformasi?

Bisakah cinta tanah air dibangun dengan kirab perayaan Agustusan setahun sekali dengan beragam perayaan yang menunjukkan kekayaan alam dan tradisi serta kebanggaan budaya nusantara?

Ternyata semua gerakan masal, mass conditioning itu tak pernah mampu membuat perubahan signifikan dan permanen. Cinta dan Semangat sebentar saja.

Lihatlah anak sekolahan makin parah pergaulan dan tawuran padahal tiap senin upacara. Lihatlah politikus dan birokrat makin getol menjarah aset bangsa padahal para manggala atau pembina Pancasila. Lihatlah korupsi dan manipulasi merajalela di semua lini padahal hafal lagu indonesia Raya, “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”, namun jiwanya tak pernah bangun, kecuali kekayaannya hasil menjarah.

Sungguh cinta tanah air itu sebagaimana juga cinta pada agama, tak pernah bisa dibangun dengan mass conditioning, pembiasaan, overstimulus, reward n punishment dstnya.

Mass conditioning, mass stimulation, dsbnya ini berangkat dari cara pandang behaviorisme, bahwa manusia tak punya jiwa, sehingga merubah perilaku manusia harus dengan intervensi atau extrinsic motivation terus menerus. Padahal riset tentang motivasi membuktikan bahwa cara cara extrinsic motivation seperti di atas ternyata tidak akan pernah permanen.

Sebagai contoh bahwa gerakan menjilbabkan Akhwat dahulu tahun 80an, yg sekarang jilbab sudah menjadi hal yg biasa dimana mana, sebenarnya awalnya bukan gerakan jilbabisasi, namun gerakan membangun Aqidah dari dalam jiwa. Ketika jiwa memiliki ghirah maka syariahpun mudah dijalankan dan berlangsung panjang. Ketika ghirah ini gagal dibangkitkan dari jiwa, maka kelak akan lepas lagi satu persatu.

Kini, di sebuah ponpes besar dengan ribuan santri di Jawa Barat, para ustadz ustadzah mengeluh, bahwa santriwatinya berjilbab semakin minim, ketika semakin tinggi kelasnya. Kelas satu jilbabnya sepinggang, kelas dua sedada, kelas tiga seleher. Mengapa makin tinggi dan banyak ilmunya, jilbabnya juga semakin tinggi ke atas? Usut punya usut, karena tak pernah disentuh jiwanya, hanya pembiasaan dan penegakan aturan semata.

Tanpa sadar Ummat Islam juga meniru behaviorisme yang merupakan cara pandang sekular yang menolak jiwa (karena menolak Tuhan). Karena berangkat dari filosofi bahwa manusia tak punya jiwa, tak punya fitrah (innate goodness), maka agar manusia mau berubah, manusia harus diintervensi dari luar dirinya, dengan drilling, over stimulating, mass conditioning, reward n punishment dstnya.

Banyak gerakan gerakan penegakan syariah yang sifatnya massive, masal, dstnya nampak hanya panas sesaaat lalu dingin kembali, nanti panas lagi lalu dingin kembali, bahkan ada yang hanya hangat hangat tahi ayam yang kemudian cepat dingin dan dilupakan bagai sampah.

Walhasil, karena manusia punya jiwa, maka setiap upaya yang tak menyentuh jiwa termasuk fitrah manusia, maka insyaAllah tak akan berdampak apapun dalam jangka panjang kecuali semangat sesaat semata.

Maka mendidik bangsa itu sama dengan berdakwah, yang disentuh adalah jiwa. Sesungguhnya Amal itu dipicu oleh niatnya (intrinsic motivation). Niat ada di dalam jiwa.

Jadi jika ingin membuat bangsa ini hebat, maka “bangunlah jiwanya, fitrahnya”, motif dari dalam dirinya, bukan sekedar “bangunlah badannya”.

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#fitrahbasedlife

Sumber:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.