Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Barangkali kita sudah bosan mendengar uraian ceramah Ramadhan yang menasehati pentingnya menjalani Ramadhan dengan Imanan dan Ihtisaban.
Di kehidupan nyata, Imanan & Ihtisaban sesungguhnya adalah mindset hebat yang merupakan syarat sukses segala sesuatu. Jika kita jeli, apapun dalam kehidupan ternyata harus dimulai dari Keyakinan (Imanan) yang dalam atau Believe (pastikan apa yang dijalani itu benar – Do the Right Thing) lalu kemudian dijalankan dgn penuh perhitungan (Ihtisab) atau Presisi (pastikan apa yang dijalani itu dilakukan dengan benar – Do the Thing Right).
Ramadhan melatih 2 mindset sekaligus sikap itu, yaitu Imanan dan Ihtisaban, agar kelak menjadi sikap bahkan karakter yang dibentuk (Adab) dalam menjalani kehidupan yang lebih berkualitas dan bermakna.
Imanan
Dalam kehidupan keseharian manusia, ternyata banyak manusia yang menjalani hidup tanpa kesadaran yang penuh, baik kesadaran dalam kehidupan personal maupun kesadaran dalam kehidupan pernikahan bahkan bisnis (life nor business conciousness).
Manusia abad modern ini pada umumnya menjalani kehidupan ini tanpa keyakinan yang kokoh atas apa yang dijalaninya (Do The Right Thing) dan ketika menjalaninya pun tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengeksekusinya dengan baik dan tajam (Do the thing Right).
Sebagian besar masyarakat maju di Barat barangkali sangat hebat dalam teknik dan metodologi (Do the Thing Right) namun umumnya gagal membawa nilai nilai yang diyakininya dalam kehidupannya. Mereka gagal menemukan “mengapa” (alasan mengakar) mereka menjalani kehidupan baik bisnis, pendidikan bahkan pernikahan dan bernegara sekalipun. Mereka gagal untuk “Find Their Why” maka ujungnya pasti gagal membawa Believe dalam kehidupannya.
Sementara di masyarakat Timur, mereka punya keyakinan atau setidakmya agama namun gagal membawa nilai nilai keyakinannya itu dalam kehidupan nyata. Itulah mengapa hari ini dalam tataran kehidupan kita bisa mengatakan banyak pula orang beragama namun sesungguhnya tak memiliki keyakinan.
Mengapa kebanyakan manusia gagal membawa keyakinan (believe) dalam bidang bidang dimana ia menjalani kehidupannya walau ia beragama sekalipun? Karena mereka terlalu banyak menyalahkan tekanan dan kemudian tekanan itu membuat mereka tak berani atau tak mampu mengambil alih tanggungjawab. Menolak tanggungjawab adalah ciri lemahnya keyakinan, mereka gagal membawa keyakinannya dalam kehidupannya.
Manusia tanpa believe, sudah pasti menjalani ilusi kehidupan, misalnya kuliah tapi salah jurusan, skripsi dan tesis karya satu satunya sepanjang hidupnya, berkarir namun salah karir, menikah tetapi galau jadi suami atau istri, hebat dalam ilmu agama dan ilmu sains tapi tak punya bakat atau peran dan misi hidup, menikah namun galau jadi ayah dan ibu, punya anak namun lebih pandai menitipkan daripada mendidik sendiri dstnya.
Maka mari kita latih mindset “Imanan” selama Ramadhan agar mindset ini terbawa dalam setiap langkah kehidupan, bawalah keyakinan yang sejati dalam pernikahan, pendidikan, bisnis dsbnya. Jangan katakan bahwa lingkungan buruk, negara rusak, saya salah asuh, keluarga menekan dstnya hanya untuk menutupi kelemahan kita untuk mengambil tanggung jawab atau kelemahan kita merespon masalah (responsibility). Penolakan mengambil alih tanggungjawab adalah bentuk dispower atau kelemahan keyakinan.
Tirulah Abu Bakar RA, alih alih menyalahkan masalah, bahkan Beliau membawa masalah Ummat menjadi masalah personal.
“Bagaimana Ummat bisa seperti ini sementara Abu Bakar masih ada?”
Itulah wujud Imanan.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
Reff:
Imanan wa Ihtisaban
Di kehidupan nyata, Imanan & Ihtisaban adalah mindset yang merupakan juga syarat sukses segala sesuatu. Apapun ternyata harus dimulai dari Keyakinan yang dalam atau Believe (pastikan… https://t.co/RdRZvTeLda
— harry santosa (@harrysan05) May 17, 2018