- Dakwah, FBE, IMTAQ, Mutiara Pagi

Grand Design Masa Depan Ummat

dimaspramudia.web.id

Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.

Grand Design Masa Depan Ummat

Saya pernah menulis artikel yang infonya saya ambil dari majalah online milik Yahudi atau Jewish, Commentary eMagazine, mengenai bagaimana bangsa Yahudi menyelenggarakan konferensi di kota New York pada tahun 2015, untuk merancang masa depan mereka 20-30 tahun ke depan.

Pada konferensi tsb, bangsa Yahudi memutuskan diantaranya adalah untuk menempatkan orang Yahudi pada setiap bidang kehidupan, dan menjadi tokoh atau teladan atau role model di bidang itu sehingga menjadi rujukan bagi setiap manusia dunia. Jargon yang diusung adalah quote filsuf Yahudi abad ke 1 Masehi, Hillar.
“If i am not for me, who will be me”
“If i am for me, who am i”
“If not now, when?”

Wow, mereka begitu bersemangat untuk menjadi “the best model” dalam setiap bidang kehidupan baik di ekonomi, sains, sport dstnya. Kalau kita sadar, bukankah konsep untuk menempatkan setiap Muslim terbaik pada setiap bidang kehidupan secara kolektif adalah konsep Khoiru Ummah? Bukankah Khoiru Ummah itu konsep milik kaum Muslimin?

Bagi mereka, orang Yahudi, selain mereka tak perlu masuk ke agama mereka, tetapi bagaimana agar bangsa merekalah yang harus menjadi rujukan dalam segala hal, baik pemikiran, riset, dstnya.

Tulisan saya teesebut, bukan tentang mengkampanyekan anti Yahudi, tetapi menyoroti tentang bagaimana seriusnya agama atau bangsa lain untuk merancang masa depannya. Dan di akhir zaman ini, bukan hanya bangsa Yahudi yang merancang masa depannya, juga agama agama selain Islam, menawarkan solusi solusi kemanusiaan masa depan dsbnya.

Bagaimana dengan Ummat Islam setidaknya di Indonesia?

Nampaknya Ummat Islam belum memiliki kesadaran untuk merancang sebuah rancangan besar Umat ini atau Grand Design masa depan Ummat untuk 20 – 30 tahun ke depan.

Kita selalu bicara Ukhuwah Islamiyah, namun di tataran prakteknya, kita selalu merasa benar sendiri dan susah berkolaborasi. Kita bahkan nampak lebih suka berkompetisi saling menjatuhkan atau menistakan. Padahal kolaborasi atau tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa itu kewajiban dan sekaligus modal dasar inovasi.

Bisa jadi kita terlalu sempit memaknakan Taqwa, atau bisa jadi secara mental masih inferior karena terlalu lama diperbudak penjajahan dan masih diwariskan sampai saat ini. Ciri khas inferior itu susah melihat orang lain maju dan susah bersatu seperti bangsa budak.

Lalu Apa Yang Harus Kita Lakukan?

  1. Islamic Worldview

Belakangan para pemikir Islam menyadari perlunya Islamic Worldview, yaitu sebuah platform atau landscape dimana semua Ummat Islam memiliki cara pandang yang sama dan menyeluruh terhadap bidang bidang kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, politik dstnya dalam perspektif Islam.

Islamic worldview ini ibarat Satelite View sehingga bisa melihat Islam secara komprehensif.

  1. Arsitek Peradaban

Namun Islamic Worldview ini sayangnya berhenti sampai di pemikiran, karena diinisiasi oleh para Islamic Thinker, tidak turun menjadi rancangan arsitektur besar ummat masa depan. Dalam perspektif ini kita memerlukan seorang arsitek yang merancang arsiitektur bangunan Ummat masa depan. Merekalah sesungguhnya yang diperlukan untuk merancang Blueprint dan Roadmap masa depan Ummat

Kebanyakan pakar berkutat pada hal hal teknis, mereka ibarat tukang yang setiap hari menyusun bata dan memasang pintu dstnya tapi tak pernah tahu bangunan yang mau dibangun karena tak tahu grand design atau landscape architecture nya.

  1. Taxonomy of Islamic Knowledge

Sebuah Arsitektur memerlukan kesamaan dalam terminology sehingga memerlukan taxonomy pengetahuan agar menjadi rujukan bersama. Tanpa terminologi dan klasifikasi pengetahuan maka akan sulit melangkah. Definisi menentukan aksi. Taxonomy atau classification of islamic knowledge ini tak sesederhana katalog perpustakaan, tetapi menentukan struktur inovasi. Taxonomy bukan hanya menentukan struktur content, namun juga struktur pakar, struktur berfikir, struktur fakultas dan juga struktur komunitas dan pada akhirnya struktur inovasi dan kolaborasi.

  1. Dirigent & Composser

Setelah ada worldview, arsitek, taxonomy maka kita membutuhkan seorang yang mengharmonikan gerakan, yang mensinergikan secara terpadu potensi kekuatan Ummat.

Di tubuh Ummat ini banyak orang hebat, namun ibarat orkestra, tiada simfoni indah yg dimainkan bersama, karena semua asik dan sibuk dengan kemegahan dirinya memainkan instrumennya masing masing. Sungguh Ummat ini memerlukan seorang dirigent dan komposer yang memimpin orkestra agar mampu memperindah dunia dan menebar rahmat bagi semesta.

  1. Community based Education System yang Mendukung Grand Design Ummat Masa Depan

Sistem pendidikan Ummat, baik formal, non formal, maupun informal, di komunitas maupun di rumah, harus diarahkan untuk melahirkan pakar dan peran peradaban sebagaimana yang dibutuhkan ummat sesuai grand design di atas.

Pendidikan harus dikuatkan fondasinya di rumah dengan peran ayahbunda yang sangat baik, kemudian dikokohkan di jaringan komunitas seperti masjid dsbnya sehingga mampu mengantarkan generasi peradaban kepada takdir peran peradabannya sesuai kebutuhan ummat dan grand design ummat yang dibuat bukan dengan tujuan sekedar untuk ijasah, penguasaan ilmu semata dan mengais upah atau melamar pekerjaan.

Apabila ke lima point di atas bisa kita lakukan, tentu bukan pekerjaan seseorang, tapi harus kesadaran kolektif yang dilakukan bersama maka dengan demikian InsyaAllah akan lahir kepemimpinan dalam setiap bidang kehidupan dan menjadi role model terbaik dalam bidang bidang itu, maka secara kolektif kita bisa membayangkan bahwa Khoiru Ummah akan terwujud.

Terakhir adalah memohonkan Taufiqullah, agar kehendak kita bertemu dengan kehendak Allah SWT. Allahumma Amiin

#fitrahbasededucation #fitrahbasedlife

Reff:

About dimaspramudia

Read All Posts By dimaspramudia

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.