Bismillah.. semoga postingan kali ini disertai rahmat dan berkah Allah SWT.
Reff Mubaligh: Harry Santosa.
Amaliyah Ramadhan, antara Checklist dan Bangkitkan Ghirah Keimanan Anak
Kita seringkali mengaku beriman pada yang tak nampak (ghaib), namun dalam prakteknya sering lebih fokus pada yang nampak. Ghirah keimanan adalah hal tak nampak namun justru memberi dampak hebat. Sementara, capaian2 angka dan isian checklist bisa jadi terlihat dan nampak hebat, namun seringkali tak memberi dampak apapun, kecuali prestise kosong atau bisa jadi melatih anak utk tdk ikhlash.
Di sisi lain, kita sering memperlakukan anak kita ibarat mesin atau gudang memory layaknya harddisk. Kita menganggap anak anak yang menjalani rutinitas dan pembiasaan terus menerus maka akan hebat, begitupula anak yg kepalanya diisi sebanyak banyaknya akan melejit. Sedikit banyak ideologi materialisme telah banyak masuk dalam kepala kita, tanpa sadar.
Sesungguhnya manusia itu makhluk berjiwa, karenanya pendidikan itu mirip berdakwah, yang disentuh justru hatinya atau jiwanya bukan kepalanya atau motoriknya. Berapa banyak anak yg hafal banyak ilmu agama namun tak punya ghairah menyeru kebenaran malah sebaliknya.
Berapa banyak anak yang dibiasakan beramal dari kecil kemudian ketika dewasa bisa saja terus beramal namun beramal secara mekanistik dan robotik. Anak yang lain bahkan meninggalkan amal sama sekali. Pembiasaan, rutiitas dll tidk membuat amal itu permanen. Hal yang sama juga terjadi pd anak yang beramal krn takut hukuman atau iming imih hadiah.
Maka, AyahBunda yg baik, ghirah keimanan itu ditumbuhkan bukan dgn menyusun checklist, merancang reward n punishment, pembiasaan, over stumulus dll tetapi dgn keteladanan yang berkesan dan atmosfir keshalihan yang membangkitkan gairah kecintaan kpd Allah, Rasulullah SAW dan Islam.
Selama 13 tahun, Rasulullah SAW membina para Sahabat utk mengokohkan ghirah keimanan mereka. Tak ada dicontohkan checklist, Iqob (punishment), iming iming harta atau hadiah yang sifatnya duniawi dstnya. Hanya keteladanan penuh dan suasana yg membangkitkan ruhiyah semata (atmosfir keshalihan).
Lalu kita kini mengenal ilmu dan idelogi atheisme barat, yang memperlakukan manusia bagai mahkluk tak berjiwa, dianggap lahir kebetulan kemudian memperlakukan manusa seperti hewan beraqal atau robot cerdas dgn memberikan kurikulum berat dan checklist ketat, lalu tanpa sadar kitapun mendidik Islam atau keimanan dgn cara cara yang sama. seolah anak kita robot tak berjiwa, makhluk kosong yg harus dijejalkan banyak banyak agar berstatus shalih.
Padahal agama kita mengajarkan bahwa shaleh itu amal shalih bukan status shalih, dan lebih jauh lagi dalam Islam, amal itu dikatakan tergantung pada niatnya, dan niat itu ada di dalam jiwa. Maka didiklah keimanan anak kita dengan menyentuh jiwanya lewat keteladanan yang mempesona dan suasana keshalihan yg membuat jatuh cinta bukan sekedar rutinitas pembiasan apalagi ketakutan.
Niat atau di Barat disebut dengan intrinsic motivation, justru membuat manusia beramal lebih tulus, ikhlash dan permanen bahkan juga lebih kreatif dibanding dengan mereka yang beramal karena extrinsic motivation. Banyak perusahaan bahkan negara yang kini menyesal menyelenggarakan training training motivasi yang kemudian hasil hanya sesaat (fallshort) bahkan hanya berefek bulan madu. Itu karena training itu fokus membangun motivasi dari luar jiwa manusia atau extrinsic motivation.
Setelah ditelusuri ternyata Bab Niat ini atau Intrinsic Motivation ini dalam khazanah Islam sangat luarbiasa, pantas saja selalu dijumpai pada kitab kitab klasik Islam sebagai bab pertama. Ini menandakan betapa para Ulama dahulu concern pada membangkitkan keimanan dari dalam jiwa atau diri manusia itu sendiri. Namun sayangnya, ketika bahasan Niat sekarang banyak digali dan dipraktekan oleh Barat, sementara kaum Muslimin justru meninggalkannya dan ironisnya malah menggunakan cara cara Barat yang sudah Barat tinggalkan.
Lalu Bagaimana Teknis Membagkitkan Ghairah Keimanan maupun Beramal dari Dalam diri (intrinsic motivation??
1. Relevan dengan diri anak. Carilah hal hal dimana anak kita terpesona dgn alHaq. Tiap anak berbeda. Ada yang ghirahnya tumbuh dgn kisah inspiratif atau kepahlawanan, ada yang ghirah imannya tumbuh dgn nasyid bermakna, ada juga yg dengan dipeluk, ada yg suka diajak tadabur atau tafakur di alam, ada yg harus diinapkan di keluarga yg shalihah (homesay), ada yg perlu contoh langsung yg membuatnya terpesona, dll. Temukan amal amal gacoan yg anak suka, misalnya ap bersedekah, apa bersilaturahmi, apa berbagi hadiah, apa membuat karya dll nah kemudian perbanyak saja itu di bulan Ramadhan.
2. Relation yang kuat lewat cinta yg dekat. Binalah kedekatan dengan ananda sebelum dan ketika Ramadhan. Anak mau beramal permanen krn berkesan mendalam dan itu akan terjadi jika ada ikatan cinta yang kuat dgn yang menyuruhnya beramal. Siapapun mau beramal jika ada relasi yang kuat.
3. Reason atau Alasan yg kokoh yg terkait dgn sesuatu yg besar, misalmya misi keluarga yang dikaitkan dengan misi dakwah dalam suatu bidang kehidupan dsbnya. Anak anak sejak usia 7 tahun sudah mumayiz, aqalnya sudah bisa diajak untuk beramal dalam rangka mewujudkan misi keluarga. Ini akan jauh lebih berkesan dan permanen.
Selamat mencoba, memotivasi Anak beramal dari dalam dirinya (inside out) kau kan lihat bagaimana fitrah dan jiwa itu bekerja dengan tulus dan hebat. Semoga keluhan bahwa setelah Ramadan kembali lesu beramal tidak ada lagi.
Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
Reff:
Amaliyah Ramadhan, antara Checklist dan Bangkitkan Ghirah Keimanan Anak
Kita seringkali mengaku beriman pada… https://t.co/G2d8vuX3vG
— harry santosa (@harrysan05) March 12, 2018
Lalu, bagaimana cara menerapkan beramal kepada anak agar anak senantiasa melakukannya hingga dia besar nanti?