Bismillah, Sumber dari:
MUSLIMDAILY.NET – Makna kata syifa’ berbeda dengan dawa’. Syifa’ itu artinya kesembuhan sedangkan dawa’ artinya obat (Kamus al Munawwir: 470 dan 782). Meskipun terkadang syifa’ diartikan sama dengan Dawa’. Namun faktanya, orang yang minum obat belum tentu sembuh dan terkadang penyakit seseorang disembuhkan oleh Allah meskipun belum minum obat. Jadi makna syifa’ lebih kuat dan lebih tegas daripada dawa’. Oleh karena itu, menurut Kamus Bahasa Arab yang sangat populer, syifa’ diartikan al Bur-u minal maradh ‘Sembuh dari penyakit’ (Lihat Al-Mu’jamul Wasith: 1/ 1012).
Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa Al Quran itu syifa’, bukan sekadar dawa’, bahkan hal itu sampai diulang tiga kali. Yaitu di surat Al Isra’ 82, Fushshilat 44 dan Yunus ayat 57. “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi syifa’ dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al Isra’ 82). Kata syifa’ disebut oleh Allah hanya 4 kali dalam Al Quran, satu untuk menjelaskan khasiat madu dan tiga untuk menegaskan khasiat Al Quran.
Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan syifa-ain (dua kesembuhan) yaitu madu dan Al Quran” (HR. Hakim, dan dishahihkan Imam adz-Dzahabi dan Imam al-Albani dari Abdullah bin Mas’ud ra). Lalu masihkah kita meragukan khasiat Al Quran sebagai terapi pengobatan?
Banyak orang yang beranggapan bahwa kesembuhan yang dikandung Al Quran hanya untuk penyakit ruhani dan tidak mempan untuk terapi penyakit jasmani. Benarkah anggapan itu? Mari kita tanyakan kepada para ulama tafsir. Imam Ibnul Jauzi berkata, “Kesembuhan yang dikandung Al Quran ada tiga macam. Pertama, kesembuhan dari kesesatan karena di dalamnya ada petunjuk. Kedua, kesembuhan dari penyakit karena di dalamnya sarat keberkahan. Ketiga, kesembuhan dari kebodohan karena di dalamnya banyak penjelasan tentang kewajiban dan hukum” (Kitab Tafsir Zadul Masir: 3/ 49).
Kita semua sepakat bahwa orang yang paling paham fungsi Al Quran dan khasiatnya adalah Rasulullah saw. Apakah beliau pernah menjadikan Al Quran untuk terapi penyakit jasmani, atau hanya untuk penyakit ruhani saja? Mari kita baca hadits shahih ini. Aisyah ra. berkata, “Adalah Rasulullah saw. jika merasa sakit, beliau meruqyah dirinya sendiri dengan membaca al Mu’awwidzat (Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas), lalu meniupkannya” (HR. Bukhari).
Pernah ada sekelompok sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dalam perjalanan lalu melewati suatu kampung. Lalu warga berkata, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah? Kepala suku kami disengat kalajengking.” Di antara sahabat pun meruqyahnya dengan membaca Al Fatihah. Dan ternyata kepala suku itu sembuh.
Lalu sahabat itu diberi beberapa ekor kambing. Namun ia enggan menerimanya sebelum konsultasi ke Rasulullah. Lalu ia menceritakan kisahnya. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan berkata, “Darimana kamu tahu bahwa Al Fatihah bisa dipakai meruqyah? Ambil kambing-kambing itu dan berikan untukku sebagiannya” (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201).
Kulit Pensiunan Guru Penuh Sisik
Alhamdulillah, penulis sudah puluhan tahun telah membuktikan dahsyatnya Al Quran sebagai terapi penyakit penyakit fisik maupun nonfisik. Sudah ribuan pasien yang telah merasakan mukjizat Al Quran sebagai syifa’. Ada seorang pensiunan guru dari Bekasi yang terkena penyakit kulit di sekujur tubuhnya. Kulitnya bersisik seperti ular dan kata istrinya sisik itu setiap pagi rontok sebaskom setiap harinya. Dirawat di RS selama sebulan, tapi dokter belum bisa mengetahui penyebabnya, dan obat medis juga belum menampakkan hasilnya. Tapi setelah penulis meruqyahnya, seraya diolesi minyak zaitun yang telah diruqyah setiap hari, kurang dari sepekan sisiknya hilang dan kulitnya mulai mulus lagi. Subhanallah wa lillahil hamdu.
Terapi Al Quran ini bersumber dari wahyu sehingga tidak boleh kita ragukan khasiatnya. Imam Ibnu Qayyim berkata, “Allah tidak menurunkan dari langit obat yang paling banyak khasiatnya, paling manjur, paling dahsyat, dan paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit melebihi Al Quran” (Kitab ad-Da’u wad Dawa’ 6).
Janganlah dipertentangkan antara terapi Al Quran dengan terapi kedokteran. Alangkah bijaknya kalau kita padukan. Seperti yang disarankan Syekh ‘Utsaimin, “Tidak ada pertentangan antara menggunakan obat-obatan halal yang diresepkan oleh dokter dengan menggunakan pengobatan keimanan misalnya ruqyah dan ta’widzat Syar’iyyah atau doa-doa yang shahih (ruqyah). Sangat bagus untuk mengkombinasi antara keduanya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Karena tercatat di hadits shahih bahwa beliau juga menggunakan obat-obatan ini dan itu” (Syekh al-’Utsaimin di Fatawa Islamiyah no. 466). Wallahu ‘alam.
Oleh Hasan Bishri, Lc. (Pimpinan Graha Ruqyah Jakarta)
Artikel diambil dari Majalah Donatur al Falah / YDSF Surabaya Edisi Mei 2017