Muhammad Kembali Ke Dusun
Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan putra tunggalnya itu.
βLihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan sehat!β ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata berbinar-binar penuh rasa terima kasih, βKalian telah merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus berterimakasih?β
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi keberkahan.
βKami cuma berharap andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah,β pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Namun, Abdul Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman.
βAku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Saβad sampai ia berusia lima tahun,β kata Abdul Muthalib, βagar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan bahasa Arab yang fasih pula.β
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
βBeri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah itu bolehlah kalian membawanya kembali,β kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani Saβad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa yang sangat mengguncangkan. Peristiwa apakah itu?
πΊKisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Penerbit : SigmaπΊΒ